Sembuhkan Trauma Konflik Keberagaman, Pemuda Poso: “Sintuwu Maroso!”
Sejumlah pemuda lintas iman dari berbagai wilayah di Poso, Sulawesi Tengah turut serta dalam kegiatan Kemah Kampung Damai Lokakarya Penggerak Perdamai
Editor: Content Writer
Sejumlah pemuda lintas iman dari berbagai wilayah di Poso, Sulawesi Tengah turut serta dalam kegiatan Kemah Kampung Damai Lokakarya Penggerak Perdamaian yang diinisiasikan oleh Paritas Institute bekerjasama dengan Sekretariat Revolusi Mental Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Selama empat hari yaitu pada 19-22 September 2018, pemuda yang terdiri dari pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas hingga mahasiswa terpilih ini bertemu, tinggal dalam perkemahan, dan berbagi kisah ihwal hidup dalam perbedaan.
Dijelaskan tokoh agama setempat, Pdt. Budi Tarusu dari GKST Klasis Poso Kota, pengalaman-pengalaman masa lalu yang pernah menjadi catatan hitam sejarah relasi antar masyarakat di Poso telah melekat dan menjadi sebuah pelajaran hidup berharga bagi masyarakat dalam membangun kebersamaan. Untuk itulah upaya mempertemukan pemuda dari berbagai latar belakang agama ini harus terus digerakkan.
“Mereka telah saling mengenal satu sama lain. Setelah sebelumnya disertai berbagai prasangka terhadap teman yang ‘berbeda’, namun mereka membuktikan sendiri bahwa prasangka itu tak benar adanya. Mereka mampu bersahabat dengan semua perbedaan yang ada di dalamnya. Adik-adik kita ini telah saling memahami bahwa berawal dari tenda yang sama, perbedaan bukanlah menjadi masalah,” paparnya.
Penjelasan tersebut diamini oleh Wakil Bupati Poso, Ir. Samsuri. Sejatinya, ujar Samsuri, nilai dan semangat perdamaian sudah lama hidup dalam budaya Poso.
“Di Poso ada semboyan Sintuwu Maroso yang artinya bersatu-padu dengan kuat. Saya berharap kegiatan yang luar biasa ini mampu menjadi pengingat agar anak-anak muda di sini tidak meninggalkan budaya dan semangat persatuan yang diwarisi oleh nenek moyang kita di Poso,” ujar Ir. Samsuri yang turut membuka kegiatan Kemah Kampung Damai.
Sementara di lain pihak, Dr. Rumadi Ahmad selaku Anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental menegaskan kegiatan ini sarat akan nilai Indonesia Bersatu. Gerakan Indonesia Bersatu menurutnya bisa dilakukan apabila elemen masyarakat dengan latar belakang yang berbeda dan beragam bisa digabungkan menjadi sebuah kekuatan, bukan sebagai kelemahan.
“Apa yang terjadi di kegiatan Kemah Kampung Damai merupakan salah satu upaya untuk membangun Indonesia Bersatu. Keanekaragaman, kebhinekaan, dan prularitas yang kita miliki itu sama-sama dijahit sebagai sebuah kekuatan bangsa dan bukan menjadi alat pemecah belah. Gerakan Indonesia Bersatu merupakan unsur penting dalam membangun Indonesia ke depan,” imbuh Dr. Rumadi.(*)