Samsul Bahri, Penyuluh Pertanian yang Penuh Inovasi
Lahir di Kecamatan Tambolo Pao, Gowa, Sulsel, Samsul Bahri terus setia di bidang pertanian dengan melahirkan berbagai inovasi dan kreasi menarik
Penulis: Sponsored Content
Samsul Bahri lahir di Desa Tabbing Jai, Kecamatan Tambolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan tahun 1972. Ia lulus perguruan tinggi tahun 1996. Memulai kariernya di tahun 1998 sebagai tenaga pendamping Program Aksi Pemberdayaan Masyarakat Tani sampai tahun 1999, Samsul kemudian menjadi tenaga pendamping Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian sampai tahun 2000 untuk memberdayakan masyarakat tani.
Dengan latar belakang pertanian, ia pernah menjadi tenaga sukarela di BPP Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru dari tahun 2005 hingga 2008. Namun, sejak tahun 2007 sampai sekarang, Samsul menjadi THL-TBPP yang ditugaskan di wilayah BPP Kecamatan Mallusetasi dengan wilayah binaan Desa Manuba.
Kelompok tani yang menjadi binaannya sebanyak 12 kelompok, dengan jumlah anggota sebanyak 278 orang dan 1 Gapoktan. Luas areal lahan binaannya meliputi lahan sawah 363,96 hektar pada musim tanam 2010-2011, sementara pada musim tanam gadu 2011 dikelola 53, 59% atau sekitar 195,96 ha. Selebihnya, untuk lahan penggembalaan ternak sekitar 46,40 % atau sekitar 168,90 hektar.
Oleh karena itu, Samsul yang kebetulan wilayah binaannya termasuk lokasi Demfarm SL Agribisnis Padi, sehingga berupaya mendukung program dengan mengenalkan penanaman sistem tanam jajar legowo.
Sebelum melakukan kegiatan, Samsul melakukan pendataan berbagai permasalahan petani dan mencarikan solusinya berupa karya, seperti pemanfaatan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau dengan tanaman hortikultura dan tanaman palawija, penanggulangan banjir pada lahan persawahan dengan pembangunan jaringan irigasi tingkat usaha tani dan jaringan irigasi tersier, dan pengadaan penangkaran bibit kacang tanah.
Selain itu, Samsul juga memfasilitasi pelaku utama dalam mendapatkan sarana produksi, teknologi, permodalan dan informasi pasar. Untuk permodalan telah difasilitasi pembuatan penyusunan proposal KKPE, fasilitasi mendapatkan sarana produksi dengan membimbing penyusunan RDKK pupuk, benih, penyusunan proposal pengadaan sumur dangkal, saluran irigasi, embung dan pencetakan sawah baru, serta menghubungkan dengan mitra pengusaha lokal dalam pemasaran gabah, kacang tanah dan dengan pabrik pakan jagung.
Di samping itu, sebagai petani teladan Samsul juga memfasilitasi program SLPTT, sehingga petani mampu membedakan musuh alami, hama dan penyakit yang menyerang tanamannya dan SL SRI.
Dengan demikian, petani dapat menghitung jumlah anakan tanaman padinya pada skala umur. Petani juga dapat memanfaatkan jerami untuk bahan pupuk organik karena dilengkapi dengan mesin Appo (alat pengolah bahan organik).
Sementara itu, hasil kreasi inovasi teknologi rancangan Samsul Bahri yang dirakit sendiri adalah:
• Membuat alat caplak legowo 2: 1. Berdasar informasi dari internet, ia membuat dari bahan pipa paralon dan triplek yang merupakan alat bantu penyuluhan dalam penerapan inovasi teknologi jajar legowo. Dengan alat ini memberikan hasil yang maksimal. Dari hasil ubinan rata-rata petani memperoleh 8 ton/ha, lebih tinggi dari penanaman dengan Tabela. Informasi alat media caplak ini sudah dimanfaatkan oleh para petani di willayah desa binaan.
• Membuat alat uji tanah praktis dalam menentukan kadar unsur hara tanah dengan menggunakan alat lampu sederhana. Pembuatan alat ini didasari atas permasalahan lahan petani yang tingkat kesuburannya rendah. Di satu pihak, petani dalam melakukan uji kesuburan tanah memerlukan biaya yang tidak murah, sehingga dengan alat yang sederhana ini petani dapat mengetahui kandungan unsur tanah dengan tidak memerlukan biaya. Ukuran berapa besar kandungan mineral dapat dilihat dari terang tidaknya lampu. Lahan yang menggunakan pupuk organik, nyala lampu terang. Sedang lahan yang menggunakan menggunakan pupuk kimia nyala lampu redup.
Alat ini sudah banyak digunakan oleh petani binaannya dalam penggunaan pupuk organik, pupuk N,P,K, jarak tanam dan penggunaan bibit muda. Dampak dari alat uji kesuburan tanah ini, para petani yang mempunyai ternak sapi banyak memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik di lahan usaha taninya.
Dalam rangka mengembangkan komoditas unggulan sesuai potensi wilayah, maka kegiatan dilakukan Samsul antara lain:
• Memotivasi petani binaannya sebagai penangkar bibit kacang tanah, sehingga lebih mudah mendapatkan varietas unggul kacang tanah.
• Mengajari petani binaannya membuat pupuk bokashi.
• Melakukan gerakan peningkatan perluasan areal dari 30, 5 kw/ha menjadi 60–85 kw/ha.
Selain itu, ia juga menghubungkan dengan kemitraan usaha dengan pihak-pihak pembiayaan/perbankan berupa Kredit KKPE padi maupun sapi untuk penambahan modal dalam pengembangan usaha.
Semoga kreasi inovasi teknologi yang membuat Samsul Bahri menjadi THL-TB Penyuluh Pertanian Teladan Tingkat Nasional tahun 2013 mewakili Sulawesi Selatan dapat menjadi contoh bagi THL-TB Penyuluh Pertanian lainnya untuk senantiasa berinovasi dan berkreasi. (adv)