BP3K Grabag, Pengembang Pertanian Organik di Magelang
Para penyuluh pertanian yang tergabung di BP3K Grabag Magelang patut menjadi contoh suksesnya pertanian organik. Mereka bahkan memiliki sekolah alam
TRIBUNNEWS.COM - Semangat menjaga kelestarian alam dan pertanian organik tidak hanya menjadi tugas institusi semata. Namun, bagi seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap alam.
Hal tersebut tercermin dari kegiatan para penyuluh pertanian yang tergabung di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah.
Mereka dikenal memiliki passion menjaga kelestarian pertanian di lingkungan sekitarnya.
Semangat menjaga kelestarian alam itu sudah tercermin dari lingkungan kantor BP3 Grabag yang terletak di Jl. Telaga Bleder, Magelang. Bangunan kantor yang sederhana ini dikelilingi tanaman sayuran, buah-buahan, pertanian, dan peternakan.
Suasana sejuk pun otomatis terasa ketika menginjakkan kaki di sana, ditambah udara Pegunungan Andong yang masih segar dan bebas asap pabrik dan industri.
Meski berada di Magelang bagian utara, bukan berarti teknologi pertanian di wilayah Grabag tertinggal. Salah satu buktinya, BP3K mampu menyisihkan balai pertanian lain di seluruh Indonesia.
Bulan Agustus 2014 silam, BP3K Grabag mampu menorehkan prestasi sebagai Juara I BP3K Berprestasi Tingkat Nasional.
“Prestasi yang kami capai ini menyangkut kelengkapan fasilitas perikanan, peternakan, dan lain sebagainya. Kami juga memiliki program-program tepat guna untuk pertanian dan memupuk kecintaan bertani sejak usia dini,” ujar Koordinator BP3K Grabag, Nurhadi Abas.
Menurut Abas, BP3K konsisten melakukan terobosan dan melestarikan pertanian di masyarakat. Salah satunya dengan gerakan membuat pupuk cair organik dari bahan-bahan yang ada di alam, termasuk di dalamnya mengembangkan sistem penanaman dengan vertikultur.
Sistem vertikultur tersebut memanfaatkan limbah kemasan kaleng air mineral sebagai media tanam sayuran seperti saledri, onclang, dan sawi.
Abas mengatakan, prestasi nasional yang diraih BP3K Grabag tidak lepas dari kekompakan para penyuluh. Mereka selalu menyuntikkan semangat pada masyarakat untuk menjalankan pertanian berkesinambungan.
Alhasil, beberapa prestasi nasional lain seperti Juara I Penyuluh Kehutanan Tingkat Nasional tahun 2006 dan Juara I Penyuluh Swadaya Perintis Hutan Tingkat Nasional tahun 2012 pernah diraih para petani teladan di BP3K Grabag.
Torehan prestasi tersebut makin terasa manis berkat kehadiran program educulture berupa sekolah alam. Program tersebut bertujuan menumbuhkan kecintaan anak pada kegiatan pertanian.
Abas kemudian menceritakan latar belakang pendirian sekolah alam tersebut. Menurutnya, awalnya pihaknya prihatin terhadap anak-anak zaman sekarang yang mayoritas tidak mencintai pertanian.
Oleh karena itu, ilmu yang didapat melalui sekolah alam tersebut diharapkan bisa menjadi pegangan generasi penerus.
Program sekolah alam tersebut terdiri dari beberapa tingkatan, yakni PAUD, TK, dan SD dan telah berjalan sejak tiga tahun lalu.
“Prioritas kami memang untuk usia dini. Ke depan, kami berencana membuat permainan semacam outbound tentang pertanian," jelas Abas.
Satu-satunya di Indonesia
Abas melanjutkan, sekolah alam di kawasan pertanian BP3K Grabag merupakan satu-satunya di Indonesia.
Sejumlah kegiatan pun tercatat dilakukan para siswa selama mengikuti sekolah alam tersebut, antara lain memasukkan tanah ke dalam polibag, memberi makan ikan dan kambing, serta memperkenalkan nama- nama sayur dan buah.
“Kami juga mempunyai program menanam tanaman untuk penghijauan di sekitar Gunung Andong. Kami bekerjasama dengan pecinta alam Satoe Jiwa dalam gerakan ini,” katanya.
Salah seorang penyuluh kehutanan, Sundoyo, menyatakan gerakan sekolah alam ini nantinya akan terus dikembangkan agar sekolah-sekolah lain di Kecamatan Grabag dan Kabupaten Magelang bisa merintis gerakan pelestarian pertanian.
Anak-anak diharapkan mampu mencintai gerakan pertanian sebagai penyokong kedaulatan pangan Indonesia.
“Mereka (anak-anak) juga tidak meninggalkan budaya bertani yang diwariskan nenek moyang. Jangan sampai pertanian nantinya digerus industrialisasi,” paparnya.
Sementara itu salah satu konseptor BP3K Grabag, Setyo Adi Harsono mengatakan, ke depan pihaknya juga akan membangun museum tani untuk memperkenalkan anak-anak tentang alat pertanian sejak zaman dahulu hingga modern.
Selain itu, gerakan “Go Organik” pun diluncurkan agar anak-anak tetap mempraktikkan pertanian yang sehat dan alami.
“Ke depan anak-anak di sekolah alam juga akan diajak untuk mengembangkan pertanian organik,” tandasnya. (advertorial)