Dari Bekas Lahan Galian Tambang, Pak Gun Sukses Bertani Buah Naga
Bertani hortikulura bukanlah hal asing bagi Pak Gun, lulusan IPB pengembang buah naga di Yogya. Meski pakai lahan bekas galian tambang, ia sukses!
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM – Namanya Muhammad Gunung Soetopo. Ia berasal dari Desa Dukuh Kertodadi, Pakem Binangun, Sleman, Yogyakarta. Pada tahun 2006 ia mendirikan Sabila Farm, sebuah usaha pertanian dengan buah naga sebagai komoditi utama.
Hasilnya sukses. Ia bisa meraup omzet hingga puluhan juta per bulan hanya lewat buah naga dan buah-buahan lain.
Namun, siapa sangka semua itu ia tanam di atas lahan bekas galian tambang?
Ya, lahan yang Pak Gun—nama panggilan Gunung Soetopo—gunakan memang bekas galian tambang. Kebetulan desa tempat ia bermukim banyak aktivitas penambangan yang terjadi beberapa tahun silam.
Namun, seiring perkembangan zaman, aktivitas pertambangan pelan-pelan ditinggalkan warga dan menjadi kosong. Di sanalah Pak Gun melihat peluang untuk berbisnis di bidang pertanian.
Awalnya Pak Gun menghadapi banyak tantangan. Salah satunya tanah yang dipakai untuk mengembangkan pertaniannya tergolong keras. Batu-batu padas tersimpan di dalam tanah sehingga tanaman buahnya tidak tumbuh maksimal.
Untunglah Pak Gun dulu pernah mengenyam bangku pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan konsentrasi pertanahan. Ia tahu betul cara yang harus dilakukan agar tanah bekas lahan galian tambang bisa menghasilkan tanaman buah berkualitas.
Dalam kurun waktu satu tahun, hasilnya sudah mulai terlihat. Tanaman yang setiap hari dirawatnya mulai menghasilkan buah satu per satu. Kemudian dengan tekun ia merawat semua tanaman itu dengan telaten agar hasilnya maksimal.
Pada akhirnya Pak Gun bersama Sabila Farm yang didirikannya tergolong sukses. Dengan luas lahan pertanian mencapai 8,2 hektare, ia mampu memperoleh omzet menggiurkan. Pak Gun mengaku omzet puluhan juta yang diraihnya itu sebagian besar berasal dari buah naga.
Hal itu bukan hal yang mengherankan. Sebab, dari keseluruhan luas lahan pertaniannya, 6.5 hektare ia alokasikan untuk buah naga. Sisanya baru ia tanami buah-buahan lain seperti pepaya, srikaya, sirsak, delima, pisang, durian, dan aneka jenis sayuran.
Berkat perhatian khususnya, buah naga yang ditanam Pak Gun diminati konsumen. Bahkan ia mengklaim kualitasnya jauh lebih baik dari buah naga yang impor.
Tidak heran ia berani mematok harga yang cukup “lumayan” untuk setiap kilogram buah naga yang ditanam. Tercatat harganya mencapai Rp 30-40 ribu per kilogram.
Namun, meski harganya tergolong “lumayan”, hal itu dibarengi dengan kualitas yang sangat baik. Pak Gun dengan cermat memperhatikan setiap detil tanaman buah naga yang dihasilkannya. Akibatnya, kualitasnya selalu tetap terjaga dan mulai dikenal pasar luar negeri.
Permintaan ekspor dari negara-negara Eropa dan Amerika Latin setiap hari berdatangan. Sebagian besar dari mereka mengaku sudah pernah berkunjung ke lahan pertanian Pak Gun dan menguji langsung kualitas buah naganya.
Selain itu permintaan dari pasar domestik pun ia mampu penuhi. Pasar-pasar di Yogyakarta, Bogor dan Jakarta selalu dipenuhi buah naga hasil pertanian Pak Gun. Uniknya, ia menganjurkan kepada setiap penjual buah untuk mengenalkan buah naga asli Indonesia dibanding yang impor.
Di samping itu, keunikan dan kelebihan yang sering Pak Gun tunjukkan adalah sifat sosialnya yang tidak pernah lekang oleh waktu. Sejak awal mendirikan Sabila Farm, ia selalu mengutamakan karyawan yang merupakan penduduk desa sekitarnya.
Semua itu dilakukan dengan alasan ingin memperbaiki kesejahteraan mereka di samping meningkatkan pemahaman tata cara bertani hortikultura yang baik pada lingkungannya.
Atas dasar itu tidak heran jika nama Pak Gun dikenal di mana-mana. Selain karena terampil mengolah lahan pertanian dan menghasilkan buah yang berkualitas, ia juga mampu menjadi pembimbing yang baik mengenai dunia pertanian.
Tidak jarang ia diundang menjadi pembicara di berbagai universitas guna menjelaskan pertanian hortikultura yang dikembangkannya bersama Sabila Farm.
Cerita Pak Gun yang berhasil mengembangkan buah naga berkualitas di atas lahan yang dulunya galian tambang merupakan bukti, bahwa selalu ada jalan bagi siapa saja yang hendak berusaha. Dibarengi kerja keras, ketekunan dan sedikit kejelian, kesuksesan pun bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai. (advertorial)