Kementerian Pertanian Dukung Terus Perkembangan Salak
Perkembangan salak di Indonesia tidak bisa disepelekan begitu saja. Buah tropis tersebut memiliki prospek cerah untuk diekspor sampai ke Australia.
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertanian terus mendorong perkembangan salak asli Indonesia. Pasalnya, tidak bisa dipungkiri buah tropis tersebut belum mendapat perhatian yang cukup dari berbagai pihak. Padahal salak merupakan buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Perhatian pun coba diupayakan Kementerian Pertanian dengan meningkatkan ekspor, produksi, dan tingkat kesejahteraan petani salak.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan hal tersebut ketika berkunjung ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (5/11/2015) silam.
Dalam kesempatan tersebut, Mentan meminta ekspor salak dinaikkan sampai 50 persen sehingga bisa berkontribusi menyeimbangkan neraca perdagangan.
Ia pun meminta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi menyurati Kementerian Perdagangan guna meningkatkan promosi salak yang layak eskpor.
“Surat untuk Kementerian Perdagangan tembuskan ke saya. Ekspor harus meningkat,” ujar Amran dalam kesempatan tersebut.
Selain berusaha meningkatkan ekspor sampai 50 persen, Kementerian Pertanian pun, menurut Amran, terus mengusahakan upaya lain agar produk pertanian Indonesia dapat mencapai pasar luar negeri.
Khusus untuk salak, sejauh ini buah tersebut telah berhasil diekspor ke Tiongkok, Jepang, dan Singapura. Kepala Dinas Peranian Kabupaten Magelang, Wijanti bahkan mengatakan pihaknya kini sedang melakukan pejajakan dengan Australia.
Untuk Kabupaten Magelang, Wijanti menyatakan petani salak dapat memperoleh penghasilan Rp 6-7 juta dalam sekali panen. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani sendiri mencapai 2.000 meter persegi.
Kesejahteraan petani salak memang dapat perhatian cukup serius dari Mentan Amran Sulaiman. Dalam kunjungannya ke Magelang tersebut, ia bahkan berani langsung bertanya pada eksportir salak mengenai harga yang berlaku.
“Kamu beli berapa dan jual diekspor berapa?” tanya Amran spontan pada salah satu eksportir di Kampung Jakrah Kaliurang Srumbung.
Eksportir itu pun menyebutkan ia membeli dari petani Rp 12 ribu dan dijual ekspor ke Jepang Rp 35 ribu per kilogram.
Mendapat jawaban seperti itu, Amran mengatakan pihaknya memprioritaskan kesejahteraan petani dengan meminta eksportir tersebut menaikan harga dari petani menjadi Rp 15 ribu.
“Naikkan harga salak dari petani. Jadikan Rp 15 ribu. Apalagi kalau sampai Rp 20 ribu, you masih untung,” kata Amran pada ekspotir.
Mendengar keputusan tersebut, para petani salak yang kebetulan hadir langsung bertepuk tangan riuh. Eksportir itu pun mengiyakan dan siap membeli salak dengan harga baru yang ditetapkan.
Adanya perhatian Kementerian Pertanian tersebut membuat upaya perkembangan buah-buahan asli Indonesia mendapat titik cerah. Semoga para petani salak Indonesia dapat terus menghasilkan buah-buahan berkualitas yang layak ekspor dan bergizi tinggi. (advertorial)