Dengan Alsintan, Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Kotor
Petani Indonesia tidak perlu khawatir mengolah lahan pertanian. Dengan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan, bercocok tanam lebih mudah dan modern
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM – Tidak bisa dipungkiri sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang sebelah mata profesi petani. Kegiatan bercocok tanam yang dilakukannya masih identik dengan pekerjaan kotor. Misalnya bergelut dengan tanah, lumpur, pupuk, dan berbagai macam tanaman yang memerlukan penanganan khusus.
Pola pikir seperti itu membuat generasi muda tidak lagi tertarik berprofesi sebagai petani. Padahal, jika dicermati lebih dalam, petani merupakan profesi mulia. Mereka setiap hari membina hubungan yang intens terhadap alam dan lingkungan sekitar.
Selain itu, hasil tani Indonesia pun sangat berlimpah. Begitu banyak komoditi pertanian berkualitas yang dihasilkan dari tanah Indonesia yang begitu subur. Sayang jika semua modal berharga itu tidak dimanfaatkan dengan cerdas oleh generasi muda.
Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sejak 10 tahun terakhir jumlah petani Indonesia menurun sampai 40 persen atau sekitar 20 juta jiwa. Hal itu ditenggarai karena masyarakat menganggap profesi petani tidak menjanjikan.
“Padahal untuk membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan, dibutuhkan sumber daya manusia yang andal,” tutur Amran ketika kunjungan kerja ke Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (6/10/2015).
Pola pikir yang masih memandang sebelah mata petani itu coba dikesampingkan dengan berbagai cara. Kementerian Pertanian terus menggalakan semangat generasi muda terjun langsung ke lahan pertanian.
Salah satu cara yang Kementerian Pertanian lakukan adalah menggelontorkan bantuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan).
Dengan alat modern tersebut, bertani tidak lagi identik dengan sesuatu yang kotor. Petani bisa langsung mengolah lahan pertaniannya secara modern, efektif dan efisien.
“Kita berikan peralatan modern, tidak tradisional seperti cangkul, sabit atau semacamnya. Gratis,” ujar Amran dalam kesempatan tersebut.
Sampai Oktober 2015, Kementerian Pertanian telah menggelontorkan Alsitan sebanyak 62.221 unit kepada seluruh petani di Indonesia.
Alsintan tersebut terdiri dari berbagai macam jenis, seperti Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller, Rice Milling Unit (RMU), traktor, dan pompa air.
Selain mampu menghemat biaya produksi sampai 30 persen, Alsintan tersebut juga mampu menepis stigma negatif yang kerap melekat pada petani.
Mengolah lahan pertanian tidak perlu lagi keluar banyak keringat. Tinggal nyalakan mesin, tanam, panen.
Dengan mudahnya bertani menggunakan peralatan modern, Kementerian Pertanian berharap generasi muda semakin tertarik mengolah lahan pertanian yang begitu subur di Indonesia.
Alsintan Kementan di Bangkalan
Satu bantuan Alsintan terbaru Kementerian Pertanian salurkan pada petani di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Kamis (5/11/2015) lalu.
Dalam kesempatan tersebut, 25 mesin penanam padi (rice transplanter) dibagikan pada sejumlah kelompok tani untuk mempermudah pengolahan lahan.
Selama ini proses pengolahan lahan di Bangkalan memang masih menggunakan cara tradisional. Akibatnya produksi tidak begitu besar dan efektif. Tenaga kerja yang terpakai pun besar.
Menurut Dandim 0829 Bangkalan Letkol Inf Sunardi Istanto yang dititipi Alsintan, saat ini para petani memerlukan waktu tanam satu hari untuk 1 hektare sawah.
Dengan adanya Alsintan, ia berharap petani dapat lebih efisien dalam hal tenaga dan waktu. Produksi padi pun diharapkan lebih besar.
“Mesin ini sudah di-setting menggunakan sistem tanam jarwo (jajar legowo) yang sudah terbukti meningkatkan produksi padi,” jelas Sunardi pada Kamis (5/11/2015).
Sementara itu Kepala Bidang Sarana, Prasarana dan Agribisnis Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan, Supriadi, menyatakan mesin tersebut bisa dipakai untuk menanam padi, jagung, dan kedelai.
Produksi berbagai komoditi itu pun diharapkan bisa lebih besar.
“Kalau yang biasa tanam setahun dua kali bisa ditingkatkan menjadi tiga kali,” jelasnya.
Selain mempermudah petani dan meningkatkan produksi, bantuan Alsintan Kementerian Pertanian juga bisa dimanfaatkan mengajak pemuda setempat turun ke lahan pertanian.
“Semoga para pemuda lebih giat. Bertani kini bukan lagi pekerjaan kotor, karena sudah ditunjang dengan peralatan modern,” ujar Sunardi.
Ucapan Sunardi tersebut bisa menjadi petunjuk yang berharga, petani bukan lagi profesi yang harus dipandang sebelah mata.
Dengan peralatan modern yang dimilikinya, petani dapat terus berkembang mengolah aneka komoditi pertanian Indonesia yang berkualitas.
Maju terus petani Indonesia! (advertorial)