Gigi Saya Linu Kalau Tambalannya Menipis dan Terlambat Dilapisi, Ada Saran?
Gigi saya yang berlubang terasa linu tiap kali tambalannya menipis dan terlambat dilapisi ulang. Apa solusinya?
Editor: Agung Budi Santoso
Pertanyaan Pembaca Tribunnews.com:
Dear dokter Anastasia,
Saya membaca beberapa artikel dokter di Tribunnews.com sehingga berminat juga untuk konsultasi kesehatan mulut dan gigi. Boleh yah, Dokter.
Semoga saya tidak salah mengingat, tampaknya Dokter teman masa kecil saat SMP di Nabire dulu, ya..
Sebelumya saya ucapkan terimakasih. Begini, Dok.. Gigi belakang saya dulu berlubang dan telah lama ditambal. Masalahnya, tambalan tersebut musti rutin dilapisi ulang hampir setiap tahun karena menipis dan mengganggu saat makan karena jadi linu.
Sebetulnya tidak masalah. Tetapi cukup mengganggu juga setiap belum sempat ditambal ulang, Dok.. Bagaimana solusinya menurut Dokter? Terimakasih, ya..
Salam
Pak Asmat, Jakarta
Jawaban:
Pak Asmat yang baik..
Saya alumnus SMP Sint Antonius kota Nabire Papua 27 tahun lalu, sebelum saya melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Nabire, salah satu kota transit di Irian Jaya (kini disebut Papua) era akhir tahun 1960-an.. ya, menjelang era 1970-an..yang penuh kenangan masa belia hingga pra remaja saya.
Hmm..benarkah Bapak masih mengingat saya? Di SMP manakah Bapak bersekolah saat itu? Maafkan saya.. masih belum mengingat nama Bapak. Terimakasih, yea.. telah berkenan kembali menyapa dan berkonsultasi.
Restorasi penambalan gigi dipilih setiap dokter untuk menjawab kasus yang dialami sang gigi sebelumnya. Apakah gigi berlubang bermuasal dari proses karies maupun yang lain. Pilihan bahannya pun disesuaikan.
Sayangnya Bapak tidak menyebutkan jenis tambalan yang diberikan (andai Bapak tahu/diberitahu oleh sang dokter yang menambalnya saat itu), dan di bagian gigi sebelah manakah lubang tersebut berada. Karena kedua informasi tersebut dapat berikan gambaran ke saya penyebab mudah menipisnya tambalan.
Setiap jenis tambalan memiliki beragam karakteristik. Peruntukannya pun berbeda. Oleh satu dan lain keterbatasan, kadang kala pemilihan jenis restorasi dan bahannya tidak selalu dapat diberikan sesuai patokan idealnya. Dan saya kira, terkait ini telah dijelaskan oleh sang dokter sebelum proses penambalan dilakukan.
Ada beragam bahan yang sering dipakai. Secara umum dibedakan atas ragam pilihan bahan yang bersifat plastis dan yang bersifat rigid. Yang bersifat plastis diantaranya yakni bahan resin maupun glass ionomer.
Sementara yang bersifat rigid misalkan ragam bahan logam termasuk emas, maupun porselen. Keseluruhan bahan tersebut memiliki karakteristik khusus yang juga berperan pada kekhususan peruntukannya.
Selain jenis anomali gigi yang dihadapi, faktor kebiasaan buruk sang pemilik raga juga berperan dalam penentuan jenis restorasi yang direkomendasi sang dokter di awal perawatan.
Bila restorasi dibuat untuk kasus anomali di permukaan kunyah sang gigi belakang dari seseorang yang memiliki kebiasaan buruk kerot saat sedang tidur, tentulah berbeda pilihannya dengan kasus gigi-geligi yang diderita oleh penderita lain yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.
Untuk kasus tertentu bahkan perlu diantisipasi meluasnya kerusakan ausnya bidang kunyah gigi-geligi oleh kebiasaan buruk tersebut dengan rekomendasi pemakaian alat khusus yang wajib dikenakan setiap sedang tidur. Selain upaya antisipasi faktor predisposisi lain kebiasaan tersebut, bekerja sama dengan sub bidang kedokteran lainnya.
Bila restorasi dibuat untuk kasus anomali di permukaan gigi tertentu yang terkait kebiasaan yang salah saat sedang menggosok gigi sehari-hari, maka pilihan restorasi dan jenis bahannya disesuaikan, sambil perlu diinformasikan pilihan alat-bahan pasta serta tehnik menyikat gigi individual yang tepat setelahnya.
Termasuk kebiasaan makan minum tertentu yang juga bisa berdampak buruk pada kondisi gigi-geligi.
Tetapi, bila kavitas lubang pada gigi terjadi secara individual dan murni akibat proses invasi bakteri pathogen penyebab karies gigi, maka pilihan jenis penambalan standard karies dapat direkomendasikan sang dokter.
Khusus untuk kavitas bidang kunyah gigi-geligi belakang atas maupun bawah terdapat bahan tambalan pilihan tertentu yang sudah pasti sangat mempertimbangkan faktor kekuatan melebihi faktor estetisnya, bahkan.
Dari penuturan Bapak bahwa gigi terasa linu setiap tambalan telah menipis, prediksi saya gigi masih dalam kondisi vital. Persyarafannya masih baik. Bersyukurlah, Bapak.
Kedua, saya belum menduga adanya kaitan langsung kasus gigi dimaksud dengan ada tidaknya kebiasaan kerot karena hanya satu gigi yang dikeluhkan. Meski tidak dipungkiri kemungkinannya, kebiasaan tersebut juga berperan mempercepat proses ausnya bahan tambalan, bahkan sebabkan beberapa kerusakan pada gigi-geligi lain yang barangkali belum terdeteksi.
Ketiga, jenis tambalan yang dipilih bisa jadi jenis yang relative dapat lebih cepat aus semisal bahan berbahan dasar resin. Tetapi saya belum tahu, apakah pilihan jenis bahan tambalan yang dipakai tersebut memang khusus untuk gigi belakang ataukah tidak. Karena andai karena satu dan lain hal pemilihannya tidak tepat semisal telah dipakai bahan tambalan khusus gigi depan, maka bisa dipastikan bahwa sang bahan bisa lebih mudah aus dalam pemakaiannya sehari-hari dalam rongga mulut di kemudian hari.
Bila sesuai indikasi, restorasi tambalan bersifat rigid dapat dipilih. Sebab derajat kekuatannya lebih tinggi dibanding bahan plastis. Meski bila pilihannya logam, secara estetis kurang ideal. Pilihan idealnya semisal bahan porselen. Tetapi umumnya lebih mahal, selain bersifat lebih getas.
Silakan mendiskusikannya dengan dokter yang Bapak pilih. Insya Allah akan disepakati pilihan jenis restorasi penambalan yang paling tepat.
Demikian, Bapak Asmat.. semoga penjelasan saya kali ini dapat dipahami dengan mudah. Sekali lagi, salam jumpa, yea.. hmm..satu hal lagi, maaf.. saya sempat agak ragu dengan nama Bapak, mengingat nama yang Bapak cantumkan berbeda dengan yang tercantum di alamat email Bapak.
Salam sehat dari saya bagi Bapak dan seluruh Keluarga, yea..
D-smile, 4 Maret 2013 13:39 WIB
Kontak Konsultasi Drg Anastasia Ririen
Selama ini, perempuan kelahiran tepian Danau Tage -Epouto (Enarotali, Paniai, Papua) ini bekerja di Permata Pamulang Hospital, Happy Smile Dental Clinic Bali View Point (keduanya beralamat di Tangerang Selatan), dan praktik pribadi D-smile di wilayah Pondok Cabe, Selatan Jakarta.
Bagi pembaca Tribunnews.com yang ingin melakukan konsultasi masalah gigi dan mulut, silakan mengirimkan pertanyaan melalui email: dr_anastasia_ririen@yahoo.com. Semua jawaban akan ditayangkan di www.tribunnews.com