Insiden Salah Obat Berujung Maut, Kalbe Farma Berpotensi Alami Kerugian
hingga saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan indikasi bahwa terdapat potensi tertukarnya obat dalam proses produksi
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Kalbe Farma (Persero) Tbk (KLBF) dipastikan akan mengalami kerugian keuangan setelah melakukan penarikan secara nasional dua produk obatnya. Hal ini dilakukan, setelah adanya kejadian meninggalnya dua pasien Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, karena kekeliruan pemberian obat.
Analis Guntur Tri Hariyanto mengatakan dampak kejadian salah obat yang terjadi di RS Siloam Karawaci dan melihat perkembangan terakhir, maka lebih berdampak pada kinerja keuangan KLBF dibandingkan PT Siloam International Hospital Tbk (SILO).
Menurutnya, hingga saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan indikasi bahwa terdapat potensi tertukarnya obat dalam proses produksi. Bahkan untuk keperluan pemeriksaan, BPOM telah menghentikan izin edar dan proses fasilitas produksi obat yang terkait.
"Dengan demikian, KLBF memiliki potensi kerugian finansial dari penarikan obat yang telah dilakukan dan penghentian produksi, selain juga kerugian dari sisi image perusahaan," ujar Guntur saat dihubungi Tribunnews.com, Jakarta, Kamis (19/2/2015).
Untuk diketahui, pihak Kalbe Farma pada 12 Februari 2015 telah mengambil langkah penarikan dua produk obatnya, yaitu seluruh batch Buvanest Spina 0.5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp Sml batch no. 629668 dan 630025.
Guntur pun melihat, kejadian tersebut membuat saham KLBF terus tertekan, terlebih bila kasus ini berlarut-larut dan ditemukannya proses produksi yang tidak memenuhi kaidah produksi obat yang baik. Tercatat, saham KLBF pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,28 persen atau 5 poin menjadi Rp 1.805 per saham.
Sementara itu mengenai dampak ke SILO, kata Guntur, apabila manajemen RS Siloam Karawaci dapat membuktikan bahwa sudah melakukan tindakan pemberian obat sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan insiden merupakan tindakan yang tidak disengaja, maka tidak akan terlalu berdampak pada harga sahamnya.
"Meski memang ada potensi tekanan bila keluarga melayangkan tuntutan. Tetapi SILO telah menunjukkan sikap untuk bertanggung jawab atas insiden tersebut," ujarnya.
Namun, dalam jangka pendek, kemungkinan akan ada dampak penurunan jumlah pasien yang datang ke SILO sebagai dampak dari pemberitaan yang luas di media massa, akan tetapi hal ini sepertinya hal ini hanya sementara. Tercatat, harga saham SILO perdagangan kemarin menguat 25 poin atau 0,20 persen menjadi Rp 12.250 per saham.