Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Virus Ini Penyebab Kematian Puluhan Balita di Papua

Meski sudah ada vaksin Streptococcus pneumonia, itu belum jadi bagian program imunisasi yang dijalankan pemerintah karena harganya mahal

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Virus Ini Penyebab Kematian Puluhan Balita di Papua
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Ruben Wetipo (paling kanan) bersama anak-anaknya di depan honai (rumah adat Papua) di Kampung Wouma, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu (29/4/2012). Kaum laki-laki tidur dalam satu honai yang disebut honai pilamo. 

TRIBUNNEWS.COM - Kematian puluhan balita di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga Papua, akhirnya diketahui penyebabnya.

Setelah tim Kementrian Kesehatan mengambil sampel warga dan diuji laboratorium, menunjukkan ada dua macam kuman yang menjangkit di daerah tersebut.

Hasil uji laboratorium menunjukkan ada kuman Pneumococcus dan Japanese encephalitis. Dua macam kuman penyakit itu umum di Indonesia dan paling berisiko bagi anak-anak.

”Pneumococcus itu kependekan dari Streptococcus pneumonia dan tergolong bakteri,” ucap Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio seperti dikutip dari Harian KOMPAS (5/12/15).

Bakteri itu khas di saluran pernapasan, termasuk pada saluran napas orang sehat namun biasanya tidak memicu penyakit.

Orang yang rentan terinfeksi adalah anak-anak dan orang lanjut usia karena daya tahan tubuh mereka lebih lemah.

Mayoritas penyakit akibat Streptococcus pneumonia terjadi pada anak-anak. Penyakit bisa berupa pneumonia atau radang paru-paru serta gangguan pendengaran.

Berita Rekomendasi

Infeksi juga bisa terjadi di bagian saluran pernapasan lain seperti sinus (rongga kecil di belakang tulang pipi dan dahi).

Gejala anak yang tertular bakteri itu antara lain sakit tenggorokan, muntah, demam, dan kejang-kejang. Jika menyerang paru-paru, bisa menyebabkan kematian.

Meski sudah ada vaksin Streptococcus pneumonia, itu belum jadi bagian program imunisasi yang dijalankan pemerintah karena harganya mahal dan masih dikaji efektivitasnya.

Sementara virus Japanese encephalitis bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Biasanya, virus ini ditemukan pada babi dan unggas liar, dan ditularkan ke manusia lewat gigitan nyamuk.

Jika virus menyerang jaringan saraf, angka kematiannya 60 persen. Mayoritas pasien sembuh. Gejala yang biasa ditemukan ialah demam.

Kelompok rentan terserang Japanese encephalitis adalah anak-anak hingga remaja karena sistem kekebalan tubuh lemah.

Cara pencegahannya antara lain menjaga kebersihan lingkungan, terutama mencegah nyamuk berkembang biak. Jika memelihara babi, jaga kebersihan kandang.

”Pengobatan untuk mengatasi demam,” ucap Amin. (Harian KOMPAS)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas