Trik Membebaskan si Kecil Dari Dot
Si kecil masih ngedot? Tenang, kini ada cara mudah menghentikan kebiasaan ngedot anak.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Si kecil masih ngedot? Tenang, kini ada cara mudah menghentikan kebiasaan ngedot anak.
Lakukan dengan cara aman dan tidak membuat anak trauma.
Menghentikan kebiasaan mengedot secara tiba-tiba tentu bukan tindakan bijak karena si prasekolah bisa kecewa, marah, dan mengamuk.
Tapi jangan khawatir, upaya menyapih di usia prasekolah tetap bisa dilakukan.
Pun pada anak yang penyebabnya genetik, tetap bisa diajarkan pelan-pelan meninggalkan botol dotnya. Mulailah dengan meningkatkan kepadatan tekstur makanannya.
Jangan sampai di usia prasekolah ini anak masih lebih suka makan yang lunak-lunak atau diblender lalu orangtua tetap meluluskan keinginannya terus menerus. Padahal seharusnya tetap ditingkatkan ke tahapan makan berikutnya yang bergradasi kepadatannya.
Bila keterusan mengedot berawal dari pembiasaan orangtua, bujuklah anak sambil diberi pengertian. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak.
Contoh, “Kakak kan sudah besar sebentar lagi masuk sekolah. Jadi, kalau minum susu tidak pakai botol lagi, ya. Kan malu, sudah besar. Lagi pula gigi Kakak juga bisa cepat rusak kalau malam masih minum susu dari botol.” Pemahaman ini diberi terus menerus dan konsisten sehingga anak mau mengubah kebiasaannya tersebut.
Bisa juga orangtua membuat kesepakatan bersama dengan si prasekolah. ”Adek, minum susunya sekarang belajar pakai gelas ya. Kalau pagi dan malam minumnya pakai gelas, dan siang masih boleh pakai botol.
” Jadi, untuk menghentikannya dilakukan secara perlahan dan bertahap. Semakin lama penggunaan botolnya dikurangi hingga akhirnya anak akan terbiasa menggunakan gelas dan melupakan botolnya.
Tetap ada kemungkinan ketika dimulai proses penyapihan di usia prasekolah ini anak akan rewel atau mungkin mengamuk. Berhasil tidaknya membebaskan anak dari dot menanganinya bergantung pada tega tidaknya orangtua.
Bila orangtuanya konsisten, tentu anak bisa diberi pemahaman. Apalagi kalau penghentian itu didasari oleh kesepakatan seperti yang dicontohkan di atas. Ingat ayah-ibu, konsisten di sini bukan berarti sampai memarahi anak.
Pada beberapa kasus anak prasekolah yang rewel atau marah, sah-sah saja kalau orangtua memberikan stimulasi berupa hadiah/reward.
“Kalau Adek bisa tidak minum dari botol lagi, Mama akan beri hadiah.” Paling baik merupakan hadiah yang disepakati bersama yang memang sedang dibutuhkan anak. Misalnya, tas sekolah/sepatu baru atau liburan kelak ke rumah nenek di luar kota.
Tentunyaorangtua harus konsekuen dengan apa yang dikatakannya. Bila tujuannya tercapai, si prasekolahnya berhenti mengedot, hadiah bisa segera diberikan.