Penyakit Jantung Bawaaan Sebabkan Sembilan Persen Bayi Meninggal di Bulan Pertama
Sekitar 50 persen kasus penyakit jantung bawaan terdeteksi segera setelah lahir
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 9 persen bayi meninggal pada bulan pertama setelah lahir akibat penyakit jantung bawaan.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur atau fungsi sirkulasi jantung.
"Ini terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin,” ujar Prof. dr. Ganesja M. Harimurti, SpJP(K), selaku dokter spesialis jantung anak SHI di sela media gathering Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ) di Jakarta, Selasa (20/9).
Dikatakannya, sekitar 50 persen kasus penyakit jantung bawaan terdeteksi segera setelah lahir, sisanya tidak terdeteksi, dan 50 persen di antaranya memerlukan intervensi.
"Untuk itu, sebaiknya ibu hamil melakukan USG demi mendeteksi adanya kelainan jantung pada calon janinnya di usia kandungan 4-5 bulan," ujar Prof Ganesja.
Kebanyakan PJB pada anak yang tidak terdeteksi terjadi karena kelainan anatomi yang yang kecil, misalnya kebocoran jantungnya sangat kecil.
PJB harus segera diinterverensi atau ditangani agar tidak mengganggu kualitas hidup dan tumbuh kembangnya.
"Bila tidak ditangani dengan tepat, pertumbuhan anak kerap mengalami batuk dan panas yang sering, cepat capek, dan pada bayi akan sangat sulit menyusu," katanya.
dr. Maizul Anwar, SpBTKV selaku Chairman SHI mengatakan, bedah jantung SHI didukung oleh tim dokter bedah yang berpengalaman dalam menangani berbagai kasus bedah toraks kardiovaskular dan berbagai peralatan canggih yang mendukung proses bedah.
"Hal ini memungkinkan tim bedah SHI untuk melakukan berbagai tindakan bedah dengan kompleksitas tinggi hingga rendah. Jumlah pasien penyakit jantung bawaan anak," kata Maizul.
Selama periode November 2012-Agustus 2016, SHI telah menangani 34 pasien intervensi dan 51 pasien operasi.