Jangan Sembarangan Gunakan Antibiotik untuk Anak
Putri Suhendro dari Yayasan Orang Tua Peduli mengatakan, sering kali ditemui anak yang mendapat antibiotik meski hanya sakit batuk, pilek, dan diare.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Antibiotik sangat diperlukan untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Tapi, apa jadinya jika bakteri dalam tubuh mulai kebal dengan berbagai macam antibiotik?
Akibatnya, penyakit yang diderita akan sangat sulit sembuh dan bisa berujung pada kematian karena tidak ada lagi obat yang bisa mengatasi infeksinya.
Kebalnya bakteri dengan antibiotik disebut resistensi antimikroba atau antibiotik.
Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba ( KPRA) Kementerian Kesehatan RI, dr Harry Parathon SpOG, mencontohkan, ada pasien operasi caesar yang mengalami resistensi antibiotik.
Kondisi itu menyebabkan bekas jahitan operasi caesar yang terinfeksi tak bisa mengering atau terus menjadi luka terbuka meski telah diberi berbagai pengobatan.
Ada pula bayi kembar siam yang berhasil dipisahkan, tetapi mengalami infeksi bakteri dan ternyata bakteri tersebut resisten dengan antibiotik sehingga tak bisa disembuhkan.
"Operasi canggih dan biaya mahal sekalipun belum bisa mengatasi penyakit kalau sudah resistensi antibiotik," kata Harry.
Inilah masalah kesehatan yang sedang dihadapi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Masalah global ini harus diatasi setiap negara dengan bijak menggunakan antibiotik. Bagaimana caranya?
1. Jangan berikan antibiotik untuk semua penyakit
Salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah konsumsi yang berlebihan.
Putri Suhendro dari Yayasan Orang Tua Peduli mengatakan, sering kali ditemui anak yang mendapat antibiotik meski hanya sakit batuk, pilek, dan diare.
Padahal, penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Ingat, antibiotik hanya untuk mengatasi infeksi bakteri.