Jangan Sembarangan Gunakan Antibiotik untuk Anak
Putri Suhendro dari Yayasan Orang Tua Peduli mengatakan, sering kali ditemui anak yang mendapat antibiotik meski hanya sakit batuk, pilek, dan diare.
Editor: Choirul Arifin
Ketika dokter meresepkan antibiotik untuk si A, belum tentu si B dengan penyakit yang sama butuh antibiotik sepeti A.
5. Stop penggunaan antibiotik untuk pertumbuhan hewan ternak
Penggunaan antibiotik untuk memacu pertumbuhan hewan ternak harus dihentikan. Menurut Harry, antibiotik seharusnya hanya bisa diberikan kepada hewan yang sakit.
Itu pun menggunakan antibiotik khusus untuk hewan.
Penggunaan antibiotik pada hewan ternak bisa menyebabkan resistensi antibiotik pada manusia.
Hal itu bisa terjadi jika manusia terkontaminasi bakteri yang sudah resisten atau sering konsumsi daging hewan yang mengandung residu antibiotik.
Resistensi antimikroba atau antibiotik diperkirakan akan menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia.
Bagaimana tidak, resistensi antibiotik bisa menyebabkan seseorang tak bisa sembuh karena infeksi bakteri sudah tak mempan diatasi dengan pemberian antibiotik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat adanya 700.000 kematian per tahun akibat resistensi antibiotik tahun 2013.
Tahun 2015 diperkirakan jumlahnya jadi 10 juta kematian per tahun. Di Indonesia, diperkirakan 135.000 orang meninggal per tahunnya karena resistensi antibiotik.
Ironisnya, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotik begitu cepat terjadi, sementara penemuan antibiotik baru untuk melawan bakteri tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama.
"Untuk menemukan satu antibiotik diperlukan sekitar 8 jenis antibiotik dan nantinya hanya jadi satu antibiotik. Satu penelitian saja butuh triliunan," kata Harry.
Perlu diketahui juga, bakteri yang sudah resisten dengan antibiotik bisa menular ke orang lain. Jika orang lain terinfeksi bakteri tersebut, maka bisa tak sembuh dari penyakitnya ketika terkena infeksi bakteri.
Jadi, dengan bijak menggunakan antibiotik tak hanya mencegah terjadinya resistensi antibiotik terhadap diri sendiri, tetapi juga orang lain di seluruh dunia.
Penulis: Dian Maharani