Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS
Pemahaman keliru mengenai penyakit ini telah mendorong sejumlah perilaku yang justru menyebabkan makin banyak orang terjangkit HIV positif.
Editor: Eko Sutriyanto
Mitos #5: Selama minum obat HIV/AIDS, saya tidak akan menularkan virus
Fakta: Obat retroviral, walaupun digunakan rutin, hanya akan menekan kadar jumlah HIV dalam darah sehingga terlihat dalam ambang batas normal pada tiap uji tes darah. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun juga masih terdapat virus HIV dalam jumlah kecil yang bersembunyi dalam darah. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos #6: Saya dan pasangan sama-sama ODHA, kami tidak perlu melakukan seks aman
Fakta: Anda dan pasangan masih memiliki risiko rentan penularan terhadap jenis virus HIV yang kebal obat. Dua partner seksual dengan HIV positif bisa memiliki genetik virus yang berbeda dan, jika keduanya terlibat dalam seks tanpa pengaman, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. Hal ini akan semakin memperparah kelemahan sistem imun, dan mungkin akan dibutuhkan perubahan terapi dan perubahan obat. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos #7: Tanda dan gejala virus HIV dapat terlihat dengan mudah
Fakta: Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda, atau partner Anda, memiliki HIV positif adalah dengan melakukan tes darah.
Mitos #8: Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya
Fakta: Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2 persen. (Hello Sehat)