Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Rajin Mandi Malah Buruk Buat Kesehatan, Bagaimana Penjelasannya?

Kuman-kuman itu bermanfaat untuk kesehatan. Peneliti mengatakan, mengganggu ekosistem mikroba tersebut dapat menyebabkan penyakit.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rajin Mandi Malah Buruk Buat Kesehatan, Bagaimana Penjelasannya?
ISTIMEWA
Riset menyimpulkan, gaya hidup barat yang memperkenalkan sabun dan sampo secara bermakna mempengaruhi keragaman mikrobiome manusia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mandi bagi sebagian besar orang bermanfaat menyegarkan fisik dan mental. Namun, menurut riset baru, tak baik mandi terlalu sering.

Situs Independent.co.uk melansir, Genetic Science Centre di University of Utah menyatakan terlalu bersih dapat merusak mikrobiome manusia. Ini adalah sekumpulan bakteri, virus dan mikroba yang hidup di tubuh kita.

Kuman-kuman itu bermanfaat untuk kesehatan. Peneliti mengatakan, mengganggu ekosistem mikroba tersebut dapat menyebabkan penyakit. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh, pencernaan dan bahkan jantung juga terganggu.

Studi terhadap desa Yanomami di Amazon mengungkapkan orang yang hidup di sana memiliki kumpulan mikroba lebih kaya di kulit dan keragaman tertinggi bakteri dan fungsi genetik yang pernah dilaporkan dalam kelompok manusia.

Mereka bahkan memiliki bakteri yang membawa resistensi antibiotika kendati belum pernah berkontak dengan antibiotik.

Riset tersebut menyimpulkan gaya hidup barat yang memperkenalkan sabun dan sampo secara bermakna mempengaruhi keragaman mikrobiome manusia.

Namun riset itu belum dapat memberi tahu kita seberapa sering kita seharusnya perlu mandi.

Berita Rekomendasi

Kendati pemikiran berhenti mandi terdengar tak menarik, beberapa orang mencobanya. Contohnya James Hamblin, editor senior The Atlantic yang mencatat perjalannya berhenti mandi dalam artikel yang diterbitkan pada Juni 2016.

"Awalnya, saya adalah makhluk berminyak yang bau," kata Hamblin. Tetapi tak lama sebelum tubuhnya mulai menyesuaikan diri.

"Beberapa saat kemudian ekosistem mencapai keadaan tetap dan kita berhenti berbau. Artinya, kita tak bau seperti air mawar atau parfum tetapi kita berbau seperti manusia," ujarnya.

Penulis: Dhorothea/Sumber: Independent

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas