Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Perokok Pasif juga Rentan Terkena Kanker Paru-Paru

Kanker paru, tidak memiliki gejala khas dan keluhannya hanya yakni batuk, sesak nafas, nyeri dada, turun badan drastis

Penulis: Eko Sutriyanto
zoom-in Perokok Pasif juga Rentan Terkena Kanker Paru-Paru
net
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker paru adalah kanker yang “terbaik” sulit ditemukan namun tidak bisa diselamatkan. Perjalanan penyakitnya cukup lama, bila ditemukan 1 cm saja, penyakit itu pun sudah ada sejak 10 tahun lalu.

"Untuk itu deteksi dini kanker paru-paru ini penting tapi sayangnya untuk deteksi dini kanker paru paru sangat mahal," kata dr Elisna Syahruddin, PhD, SpP(K) saat diskusi media Tantangan Dianogsis Dini dan Harapan Hidup Kanker Paru di Indonesia di Jakarta, belum lama ini.

Biasanya kanker paru paru menyerang laki-laki dan perempuan, yang berusia di atas 40 yang merupakan perokok aktif  dan pasif.

"Perokok pasif yaitu mereka yang terpapar asap rokok dalam waktu lama dan terus menerus, misalnya bus selama perjalanan ke kantor setiap hari yang dilakukan bertahun-tahun atau di lingkungan kerja," kata dokter yang praktek di RSUP Persahabatan ini.

Kanker paru, tidak memiliki gejala khas dan keluhannya hanya yakni batuk, sesak nafas, nyeri dada, turun badan drastis.

"Jika batuk lebih dari 2 minggu jangan dibiarkan, segera periksa ke dokter, biar dokter yang menentukan apakah TB ataukah ada gejala keganasan," katanya.

Kanker paru tidak diturunkan, tapi karena ini tumbuh di sel, kadang ada sel yang tidak terkontrol.

Berita Rekomendasi

"Ini berbeda dengan kanker ovarium dan kanker payudara kemungkinan menurun pada anak perempuan," katanya.

Di tempat yang sama dr Niken Wastu Palupi, MKM mengatakan, berdasarkan data Globocan, kasus baru kanker paru sekitar 27/100ribu dengan kematiannya 23/100 ribu juga.

"Sehingga kanker paru menjadi penyakit dengan angka harapan hidup yang rendah. Berbeda dengan kanker payudara yang angka survivalnya cukup tinggi," katanya.

Penyakit prevalensi kanker di Indonesia Riskesdas 2013 sebanyak 1,4/100.000 dan seiring meningkatnya jumlah kasus kanker paru, meningkat pula angka kematiannya.

"Untuk pembiayaan ini tantangan, selain kasusnya meningkat pembiayaan juga semakin tahun semakin tinggi berdasarkan BPJS tahun 2014 kanker sekitar 1,5 triliyun, tahun 2015 naik menjadi 2,2 triliyun baik untuk pasien rawat jalan dan rawat inap," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas