Anak yang Kerap Dicekoki Makan Sayur dan Buah Ternyata Juga Bisa Alami Trauma
Contohnya, ada anak-anak yang trauma terhadap buah dan sayur karena proses makannya dicekoki atau dipaksa.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani mengatakan, penelitian psikologis menunjukkan bahwa kurangnya asupan buah dan sayur banyak dipengaruhi oleh kurang tepatnya feeding styles atau cara pemberian makan oleh orangtua.
Contohnya, ada anak-anak yang trauma terhadap buah dan sayur karena proses makannya dicekoki atau dipaksa.
"Sebaliknya banyak orangtua yang terlalu mudah menyerah saat anaknya menolak makan buah dan sayur," katanya saat ditemui pada konferensi pers PAUD Healthy Eating Habit Program di Hong Kong Café, Menteng, Jakarta.
Dikatakannya, bukan hanya berpengaruh terhadap pola makan, cara pemberian makan dengan cara dipaksa dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.
"Oleh karena itu penting sekali memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi para orangtua tentang cara pemberian makan yang tepat untuk anak," katanya.
Data hasil Riskesdas di tahun 2007 dan 2013 menunjukkan prevalensi perilaku masyarakat Indonesia, yang mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang kurang, stagnan pada kisaran angka 93,5 persen - 93,6 persen.
"Untuk itu diperlukan dukungan semua pihak, baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memberikan edukasi akan pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur sejak dini," ujarnya.
Terdorong fakta ini, PT Sarihusada Generasi Mahardhika melalui susu pertumbuhan SGM Eksplor dengan Buah & Sayur meluncurkan program Kebiasaan Makan Sehat (PAUD Healthy Eating Habit) bagi anak usia dini.
“PAUD Healthy Eating Habit Program merupakan bagian dari komitmen kami untuk menjadi mitra bagi orang tua di Indonesia dalam menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan anak," kata Joris Bernard, Brand Business Unit Director Sarihusada dalam kesempatan sama.
Joros menyebut pihaknya ingin membantu membangun kebiasaan makan yang baik dan bergizi seimbang sejak usia dini.
"Kami juga ingin membuktikan bahwa makan buah dan sayur bisa menyenangkan jika dilakukan bersama-sama dan dengan cara yang tepat,” ujarnya.
Arist Merdeka Sirait selaku Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) juga menyatakan dukungannya dalam program Kebiasaan Makan Sehat.
"Peran orang tua sangat penting dalam menjaga proses tumbuh kembang anak. Penyediaan nutrisi melalui buah dan sayur dan kegiatan edukasi seperti ini juga merupakan bentuk dukungan pada hak tumbuh kembang dan hak mendapatkan pendidikan bagi anakanak Indonesia,” ujar Arist.
PAUD Healthy Eating Habit Program akan dilaksanakan secara resmi mulai tanggal 5 September 2016 kepada 300 anak didik di enam PAUD Jabodetabek yakni PAUD Anggrek Bulan di Jakarta Timur, PAUD Merah Delima di Jakarta Utara, PAUD Nurul Hilal di Jakarta Barat, PAUD Permata Pesanggrahan di Jakarta Selatan, PAUD Quantum di Kota Bekasi dan PAUD At-Qiya di Kota Depok.
Program ini dilakukan melalui pemberian edukasi, pelatihan, sekaligus pendampingan para orang tua di PAUD agar lebih tepat sasaran.
Sepuluh fasilitator PAUD Institute, mitra program Sarihusada yang telah diberi pelatihan oleh Psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi akan terlibat dalam program PAUD Healthy Eating Habit Program ini.
Program ini juga dilengkapi dengan aktivitas berkebun bagi anak, seminar dan kelas parenting untuk orang tua, serta puncaknya piknik bersama di Taman Buah Mekarsari untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada tanggal 12 November 2016.