Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Bebas Nyeri ketika Disunat Menggunakan Suntikan Tanpa Jarum

Suntikan tanpa jarum suntik pertama kali ditemukan oleh seorang dokter anastesiologi Amerika Serikat bernama Robert A. Hingson tahun 1970.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Bebas Nyeri ketika Disunat Menggunakan Suntikan Tanpa Jarum
Istimewa
Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, selaku pendiri Rumah Sunatan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski manfaat jarum suntik cukup banyak, ada kalanya pasien memiliki ketakutan akan jarum suntik yang terbuat dari logam dengan lubang ditengahnya dan tajam diujung tersebut.

“Bayangan akan rasa nyeri atau phobia ketika jarum menembus kulit, menjadi salah satu keluhan utama,” jelas Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog, selaku Psikolog Anak di Jakarta, Selasa (14/11/2017).

Pada mereka kelompok individu yang demikian, tentunya kepatuhan seseorang untuk menerima pengobatan yang memang harus diberikan melalui media jarum suntik menjadi menurun.

Di sisi lain, cost yang dikeluarkan untuk pembiayaan jarum suntik sekali pakai juga cukup besar.

American Psychiatric Association merilis  phobia jarum suntik mempengaruhi sekitar 10 persen populasi orang di dunia.

Baca: Aneh Empat Hari Usai di Suntik Imunisasi Jumiarni Meninggal Dunia

Besarnya populasi ini menjadikan beberapa perusahaan alat kesehatan berlomba-lomba melakukan inovasi mulai dari memperkecil ukuran jarum suntik untuk menggurangi nyeri, hingga teknologi terkini suntikan tanpa jarum.

Berita Rekomendasi

Rumah Sunatan, sebagai jaringan klinik sunat terbesar di Indonesia yang saat ini sudah memiliki 40 cabang, mencoba memanfaatkan teknologi mutahir tersebut untuk tujuan anastesi sirkumsisi.

Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, selaku pendiri Rumah Sunatan, berharap dengan menghilangkan penggunaan jarum suntik, yang dikombinasikan dengan teknologi sirkumsisi modern (Mahdian Klem) anak-anak menjadi lebih nyaman, bebas nyeri ketika di sunat.

Teknologi needle-free injection atau suntikan tanpa jarum suntik pertama kali ditemukan oleh seorang dokter anastesiologi Amerika Serikat bernama Robert A. Hingson tahun 1970.

Namun karena teknologinya yang masih belum sempurna, teknologinya ini malah menyebabkan outbreak hepatitis B, hingga akhirnya badan Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan untuk sementara penggunaan alat ini sampai uji keamanan alat diterbitkan.

Baca: Pengusaha Start Up Bakal Dapat Suntikan Dana Rp 100 Miliar di 2018

Modifikasi alat dilakukan termasuk memodifikasi injektor untuk meningkatkan keamanan.

Perusahaan alat kesehatan berlomba untuk dapat menciptakan alat yang terbaik hingga akhirnya Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk pertama kali tahun 2014 menyetujui sistim injeksi tanpa jarum ini, untuk tujuan vaksinasi.

Belakangan teknologi needle-free injection terus berkembang dan banyak digunakan para praktisi kesehatan termasuk dokter gigi, dokter umum, dokter andrologi, dokter anak dan dokter kulit.

"Termasuk untuk tujuan anastesi, menyuntikan obat-obatan tertentu seperti, hormon, insulin, vitamin, vaksin dan botulinumtoxin," katanya.

Teknologi suntikan tanpa jarum, memanfaatkan energi pendorong yang kuat dari pegas, gas, atau elektromagnetik dengan tujuan mengantarkan preparat obat berbentuk cair menembus kulit.

Berdasarkan energi yang dihasilkan pendorong, obat dapat dihantarkan hingga otot (intramuskular), subkutan dan kulit (intradermal), sesuai keinginan dokter.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas