Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Mengupas Lebih Detail Jenis Penyakit yang Diderita Bondan Winarno Sebelum Meninggal

Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada Juli 2017, dokter menemukan bahwa Bondan juga mengalami kebocoran pada katup aorta.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mengupas Lebih Detail Jenis Penyakit yang Diderita Bondan Winarno Sebelum Meninggal
Tribunnews
Bondan Winarno. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bondan Winarno, pria yang dikenal sebagai pembawa acara kuliner di televisi, telah mengembuskan napas terakhir pada Rabu (29/11). Sebelum tutup usia, dia sempat menjabarkan mengenai penyakitnya.

Melalui sebuah tulisan panjang kepada anggota komunitas wisata boga Jalansutra, Bondan mengaku merasakan awal gejala penyakitnya pada 2005 silam. Saat itu dia mengaku merasakan ujung-ujung jari tangan kanan seperti kesemutan.

Setelah berkonsultasi dengan dokter, pria yang terkenal dengan ungkapan "Pokoke maknyus!" dalam acara 'Wisata Kuliner' Trans TV itu mengonsumsi pil pengencer darah secara rutin.

Baca: Begini Ceritanya Bondan Winarno Menemukan Istilah Maknyus yang Sangat Populer Itu

Akan tetapi, sewaktu pemeriksaan medis rutin di Kuala Lumpur, Malaysia, pada April 2015, dokter menemukan Bondan mengidap penggelembungan (dilatasi) pada aorta atau disebut aneurisma aorta.

Aorta merupakan arteri paling besar yang berasal dari jantung melewati daerah dada dan perut, yang akan membawa darah teroksigenasi ke seluruh tubuh.

"Katanya, saya seperti membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya," tulis Bondan.

Jenazah presenter kuliner Bondan Winarno saat berada dirumah duka di kawasan Sentul, Jawa Barat, Rabu (29/11/2017). Almarhum menghembuskan nafas terakhir di usia 67 tahun karena sakit Jantung. Tribunnews/Jeprima
Jenazah presenter kuliner Bondan Winarno saat berada dirumah duka di kawasan Sentul, Jawa Barat, Rabu (29/11/2017). Almarhum menghembuskan nafas terakhir di usia 67 tahun karena sakit Jantung. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)
Berita Rekomendasi

Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada Juli 2017, dokter menemukan bahwa Bondan juga mengalami kebocoran pada katup aorta.

"27 September 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaligus: penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang mengalami dilatasi. Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil," paparnya.

Bondan mengaku sempat mengalami komplikasi denyut jantung tidak beraturan setelah operasi.

"Miracle happen. Selasa malam, ketika perawat sedang mempersiapkan saya untuk didorong ke kamar operasi, tiba-tiba denyut nadi saya berirama kembali."

Setelah kejadian ini Bondan menjalani perawatan lanjutan. Walau demikian, belum diketahui apakah aneurisma aorta dan kebocoran pada katup aorta menyebabkan dia tutup usia.
Apa yang dimaksud dengan aneurisma aorta?

Aneurisma aorta adalah penggelembungan pada dinding pembuluh arteri utama. Aneurisma juga bisa terjadi pada pembuluh darah di bagian otak.

Ryu Hasan, seorang dokter bedah syaraf, mengatakan pengidap aneurisma harus ekstra waspada karena sewaktu-waktu bisa pecah.

"Kalau sampai pecah, yang bersangkutan bisa ndak sadar dan meninggal dunia karena pendarahannya tidak terkontrol. Bisa meninggal dunia dalam hitungan menit," ujar Ryu kepada BBC Indonesia.

Menurut Rachel Bell selaku dokter bedah vaskuler di Rumah Sakit St Thomas, London, diameter pembuluh aorta orang dewasa mencapai 1,5 cm hingga 2 cm.

"Aneurisma biasanya berkembang perlahan, sekitar 1 mm hingga 2 mm per tahun. Begitu pembuluh aorta mencapai ukuran tertentu, risiko pecah terlalu tinggi dan operasi diperlukan untuk memperbaikinya. Aneurisma biasanya dikategorikan besar ketika diameter pembuluh mencapai 5,5 cm," terang Bell, sebagaimana dikutip Yayasan Jantung Inggris.

Sebanyak tiga-perempat dari seluruh kasus aneurisma terjadi di bagian perut. Data menunjukkan aneurisma aorta menyebabkan 5.000 kematian di Inggris setiap tahun.

Penyebab aneurisma aorta

Dokter Ryu Hasan mengatakan penyebab aneurisma aorta adalah faktor keturunan.

"Sejak lahir ada kelemahan pada beberapa bagian dinding pembuluh darah. Karena lemah jadi menggelembung," ujarnya.

Namun, menurut Rachel Bell, ada pula faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aneurisma seperti merokok.

"Anda bisa mengurangi risiko, walau risiko karena genetika tidak bisa diubah," ujarnya.

Gejala aneurisma aorta

Dalam sebagian besar kasus, tiada gejala aneurisma sehingga harus dilakukan tes ultrasound untuk menelisiknya.

Namun, jika aneurisma semakin besar, perasaan tidak nyaman kian bertambah di perut.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas