Kebahagiaan Pengaruhi Produktivitas, Ilmu Neurosains Perlu Diterapkan
"Hidup sehat itu bukan sekedar fisik namun juga pikiran. Kami benar-benar jalankan dalam keseharian kami di tempat kerja,"
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Faktor kebahagiaan telah terbukti mempengaruhi produktivitas dalam perusahaan. Bagaimana mencapainya? Salah satu cara adalah mengenal penerapan ilmu otak atau neurosains pada industri dan bidang lainnya. Hal ini penting bagi semua level terutama pada pemimpin perusahaan.
Kesimpulan ini terpapar dalam Seminar ‘Happy Brain at Work’: Inspiring Talks from the Chief of Happiness Officers yang diadakan SINTESA atau Asosiasi Sinergi Terapan Neurosains Indonesia di Aston Rasuna Hotel, Jakarta, baru-baru ini.
Seminar tersebut dihadiri sejumlah pemimpin perusahaan seperti, Josephine Satyono Indonesia (Executive Director Global Compact Network UN), Herni Lukitomo (Chief Happiness Officer Darya Varia Laboratoria Indonesia), dan Mardi Wu (President Director Nutrifood).
"Hidup sehat itu bukan sekedar fisik namun juga pikiran. Kami benar-benar jalankan dalam keseharian kami di tempat kerja," ujar Mardi Wu dalam pemaparannya.
Menurutnya, Nutrifood memprioritaskan karyawan yang memiliki visi besar bukan sekedar alasan keuangan saja. Terlebih bagi para pemimpin yang bisa memberikan pengaruh. "Bagi kami menjadi pemimpin di perusahaan adalah yang mampu menularkan suasana bahagia," tambah Wu lagi.
Dengan suasana bahagia, Nutrifood telah mengukur keterlibatan dan kesehatan karyawan. Terbukti terus meningkat. "Tentu saja, kondisi ini menyebabkan perusahaan bisa lebih profitable," tuturnya.
Herni Lukitomo, Chief Happiness Officer Darya Varia Laboratoria Indonesia juga mengatakan hal senada. Ia merasakan pengalamannya sebagai profesional di berbagai industri seperti farmasi, penerbangan, hingga broadcasting.
Menurutnya Herni, walaupun masing-masing industri punya karakteristik yang berbeda, namun pada akhirnya hanya ada manusia di dalamnya. Dengan program coaching, dan berbagai pendekatan kegembiraan lainnya, ternyata ada hasil yang efektif.
"Saya ajak untuk semua terlibat misalnya lewat, games, saya buat suasana warna-warni yang menyenangkan. Akhirnya indeks keterlibatan karyawan naik dan bisa mendorong performa perusahaan," kata Herni.
Baginya mengenal neurosains sangat penting. Terutama ketika menghadapi tantangan stress di tempat kerja. "Saya suka neurosains, jadi saya bisa mengenal otak bekerja dan seolah bisa mengendalikannya," katanya.
Josephine Satyono Indonesia Executive Director Global Compact Network United Nations menambahkan, PBB sendiri menempatkan tujuan keberhasilan membangun manusia itu lebih luas. Target tersebut tertuang dalam Millennium Development Goals atau MDGs yang terdiri dari 17 capaian.
Menariknya, menurut Josephine, 17 target tersebut terdiri 3 level bagian yang tanpa sengaja tersusun. Pertama adalah level human, ke dua adalah harmonisasi dengan alam, dan ke tiga adalah tujuan spiritual.
Begitu penting menempatkan level manusia termasuk dalam orientasi dalam bisnis pada perusahaan. Ia menegaskan 17 target sudah disetujui oleh negara-negara dan juga berbagai perusahaan.
Karena itu peran pemimpin dalam perusahaan sangat sentral. "Ada karyawan yang semula tidak happy di kantor tapi bisa kembali happy karena leadernya care," tutur Josephine.
Sebagai informasi, SINTESA yang terdiri dari gabungan dari para praktisi, akademisi dan peneliti melakukan terobosan perubahan melalui pendekatan neurosains. "Salah satu langkah, melalui SINTESA kami akan mengajukan dan menyusun roadmap pendidikan nasional yang ramah otak", ujar Ketua Umum SINTESA, Lyra Puspa.
Ia memberi contoh adanya fenomena anak-anak yang mudah mengalami stress dan tertekan setiap kali diadakan ujian sekolah. Inilah tantangan yang bisa diselesaikan dengan pendekatan ilmu otak.
Menurut Lyra, karyawan juga sering sekali mengalami stress dalam pekerjaannya. Para pemimpin hingga semua level jabatan dalam perusahaan juga dapat memahami praktek ilmu otak ini agar mampu melihat situasi apapun secara positif.
"Karena melihat kondisi Indonesia seperti ini, ada hal yang sebenarnya dapat kita perbuat, melalui SINTESA para pakar bergabung, berkolaborasi dengan kompetensi, konsen, dan ilmu neurosains yang langsung diterapkan pada bidang apapun," ujar Lyra.