Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Mengenal Susu Kental Manis yang Ternyata Isinya Lebih Banyak Gula, Begini Sejarah Pembuatannya

Susu Kental Manis (SKM) populer di kalangan masyarakat karena murah, enak dan praktis. Badan POM menyatakan kika SKM tidak terkategori susu.

Penulis: Ria anatasia
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Mengenal Susu Kental Manis yang Ternyata Isinya Lebih Banyak Gula, Begini Sejarah Pembuatannya
ist
susu kental manis (SKM) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Susu Kental Manis (SKM) populer di kalangan masyarakat karena murah, enak dan praktis.

Baru-baru ini, kandungan dalam produk ini pun mulai dipertanyakan apakah baik untuk konsumsi sehari-hari.

Dalam sejarahnya, teknologi pembuatan susu kental manis dimulai pada abad ke-19 di Perancis dan Amerika Serikat.

Gail Borden Jr. mencetuskan ide untuk menambahkan gula dan mengurangi air pada susu hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu, agar bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Produk ini pun sukses diterima masyarakat dan dikonsumsi secara rutin oleh kalangan tentara di era Perang Sipil Amerika.

Di Indonesia sendiri, SKM sudah eksis sejak 1922 berupa produk impor dari Belanda.

Berita Rekomendasi

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia, Dedi Setiadi mengatakan pabrikan SKM hingga saat ini bekerja sama dengan peternak sapi lokal untuk menghasilkan bahan baku mereka.

Baca: Gak Bisa Move on Dari Susu Kental Manis? Agar Aman Jangan Diminum, Ini Cara Menikmatinya Versi BPOM

Bukan Produk Susu

Badan POM mengeluarkan pernyataan, SKM tidak termasuk dalam kategori produk susu.

Dalam surat edaran bernomor HK.06.5.51.511.05.18.2000, lembaga itu mengimbau masyarakat bijak dalam mengonsumsinya.

SKM tak bisa disetarakan dengan produk susu lain yang dijadikan pelengkap gizi dan nutrisi anak, seperti susu sapi, susu disterilisasi, susu yang dipasteurisasi, dan susu formula.

Ahli gizi Winda Ekayanti menerangkan, susu kental manis lebih banyak mengandung gula dibandingkan protein dan kalsium, sehingga tak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam bentuk minuman.

"Gula yang terkandung bisa mencapai 43-48 % dari total kalori, jauh bila dibanding susu pertumbuhan lain yang rata-rata hanya 16-18 %. " katanya kepada Tribunnews.com, Kamis (5/7/2018).

Selain itu, bahan pengawet dan lemak jenuh dalam sebagian produk SKM membawa efek buruk bagi kesehatan. Kandungan tersebut dapat memicu penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, hingga stroke.

"SKM bukan susu dan tak baik diminum untuk konsumsi sehari-hari," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas