Sepekan Putra Ahmad Albar Meninggal karena Liver, Ternyata Obat Pereda Rasa Sakit Bisa Jadi Pemicu
Sudah sepekan Faldy Albar, berpulang. Putra ketiga Ahmad Albar meninggal dunia pada Rabu (29/8) lalu di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Sudah sepekan Faldy Albar, berpulang. Putra ketiga Ahmad Albar meninggal dunia pada Rabu (29/8) lalu di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta.
Berdasarkan keterangan pedangdut senior, Camelia Malik, keponakannya meninggal karena penyakit liver yang telah diderita sejak lama.
Ketika Faldy Albar meninggal dunia, ia memang sedang dalam perawatan dokter.
Ia mengungkapkan Faldy Albar terlihat dalam kondisi baik-baik saja sebelum meninggal dunia.
Keluarga pun tak menyangka dan merasakan kesedihan mendalam saat merelakan kepergian Faldy Albar.
Baca: Derita Maag dan Liver, Faldy Albar Hobi Berobat, Hingga Kritis, Sesak Nafas Menjelang Ajalnya
Meninggalnya Faldy Albar karena menderita liver ini pun membuat publik terhenyak dan mulai peduli dengan masalah kesehatan.
Masyarakat mulai mencari tahu permasalahan seputar penyakit liver, muali dari penyebab hingga pencegahan.
Liver termasuk salah satu penyakit yang membahayakan dan menyebabkan kematian.
Timbulnya penyakit liver atau gangguan hati ini dapat dikarenakan berbagai faktor.
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari bukan penyebab mutlak awal mula menderita penyakit liver.
Kebiasaan, lingkungan hingga tato pada tubuh pun termasuk penyebab penyakit liver.
Selain itu, obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit pun bisa saja menyebabkan gangguan hati.
Salah satunya parasetamol yang menjadi obat andalan untuk menurunkan suhu tubuh kala demam.
Melansir dari kompas.com, obat ini justru dinyatakan tidak aman bagi orang yang menderita penurunan fungsi hati.
Tapi bukan berarti, pasien hepatitis atau peradangan hati menghindari obat parasetamol untuk menurunkan demam atau menghilangkan rasa sakit.
Parasetamol tetap aman untuk dikonsumsi selama dalam dosis yang benar, khususnya pada pasien hepatitis.
"Parasetamol baru berbahaya ketika diminum dalam dosis besar," ujar dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Irsan Hasan dalam talkshow SOHO #BetterU bertajuk "Hari Hepatitis Sedunia" (7/14/2018)
Mengonsumsi parasetamol dalam dosis yang benar yakni tiga kali satu hari untuk tablet 500 miligram.
Baca: Deteksi Penyakit Liver Seperti yang Diderita Almarhum Faldy Albar, Perhatikan Telapak Tangan Anda
Sementara itu, dosis yang berbahaya dan bisa memicu gangguan hati bila dikonsumsi 8 gram sekaligus atau sekitar delapan tablet.
Setiap tubuh manusia mengindentifikasi hampir semua obat sebagai substansi asing sehingga biokimia tubuh pun akan bereaksi sesaat setelah mengonsumsi obat untuk membuang substansi yang dinilai berbahaya bagi tubuh.
Meskipun fungsi ini hampir ada di seluruh jaringan dalam tubuh, retikulum endoplasma halus pada organ hati lah yang paling berperan.
Karena itu, organ hati sering disebut sebagai "rumah pembersih metabolisme", termasuk untuk obat.
Obat parasetamol memiliki nama kimia asetaminofen. Senyawa tersebut bersifat toksik bagi organ hati dan berisiko menyebabkan gagal hati.
Di luar negeri, khususnya Amerika Serikat, lebih banyak ditemukan kasus intoksifikasi parasetamol daripada di Indonesia.
Ini karena orang yang mengalami intoksifikasi itu menyalahgunakan parasetamol dalam dosis yang sekaligus besar.