Nyeri Jadi Sinyal dari Sistim Saraf yang Menunjukkan Ada yang Salah dalam Tubuh
Nyeri dapat muncul hanya pada salah satu bagian tubuh saja seperti di daerah punggung, perut, dada, pinggang, dan bisa di seluruh tubuh
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nyeri merupakan sebuah sinyal yang disampaikan dari sistim saraf, bahwa ada yang tidak beres atau salah dengan tubuh Anda.
Bisa disebabkan oleh karena trauma seperti tusukan, sengatan, luka bakar, atau bahkan muncul dalam bentuk kesemutan atau ketidaknyamanan lainnya.
Nyeri yang hadir bisa tajam atau sangat sakit atau hanya sebuah nyeri biasa atau tumpul.
“Kondisi ini dapat datang dan pergi kapan saja, dapat juga menetap dalam beberapa lama. Nyeri dapat muncul hanya pada salah satu bagian tubuh saja seperti di daerah punggung, perut, dada, pinggang, dan dapat juga terjadi di seluruh tubuh,” jelas dr Mahdian Nur Nasution SpBS, Pakar Nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, dalam Kegiatan Bakti Sosial PT Waskita Karya (Persero) Tbk di RS Meilia akhir pekan lalu.
Dalam dunia medis, rasa nyeri terbagi menjadi dua, yaitu nyeri kronik dan nyeri akut.
Nyeri akut umumnya datang secara tiba-tiba, hal ini bisa karena adanya penyakit tertentu, cidera, atau peradangan. Pada kondisi nyeri akut, dokter akan lebih untuk melakukan diagnosis dan juga terapinya.
Meski demikian nyeri akut, bisa hilang atau malah berubah menjadi nyeri kronis.
Sedangkan yang dimaksud dengan nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama lebih dari 3 bulan dan mengakibatkan berkurangnya aktivitas.
Perawatan nyeri sangat bergantung pada penyebab dan jenis rasa sakit yang di alami pasien.
Beberapa modalitas terapi nyeri diantaranya obat-obatan, akupuntur, operasi dan yang saat ini sedang banyak dilakukan adalah radiofrekuensi ablasi, sebagai salah satu teknologi minimally invasive untuk mengatasi nyeri kronik.
Ganguan nyeri umumnya dirasakan kebanyakan orang berusia 40-50 tahun dan sangat rentan terjadi pada orang dengan berat tubuh berlebih.
"Jadi faktornya adalah usia, berat badan berlebih, kebiasaan berjalan seperti sering naik turun tangga dan kebiasaan memakai hak tinggi," kata dr Maridi Kartasasmita SpB, Direktur RS Meilia.
Terkait Bakti Sosial PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Poppy Sukmawati, Manager Humas PT Waskita Karya (Persero) Tbk mengatakan, kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bidang kesehatan ini dilakukan di 5 Kota (Surabaya, Bandung, Tegal, Lombok dan Jakarta) dengan target peserta sebanyak 2500 orang.
Dengan layanan kesehatan gratis yang diberikan berupa sunatan massal, pap smear dan USG mamografi, katarak, dan pengobatan umum serta nyeri.
“Meski saat ini sudah ada jaminan kesehatan nasional (JKN) dari pemerintah, tidak semua layanan kesehatan ter-cover didalamnya seperti praktek sirkumsisi. Sebagai salah satu upaya preventive yang dapat membantu hygiene penis, dan mencegah beberapa penyekit menular seksual,” ujar Poppy.