Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kasus Kanker Serviks Terus Meningkat, Sebagian Besar Kondisi Pasien yang ke Dokter Sudah Parah

Angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per tahun. Ada 50 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kasus Kanker Serviks Terus Meningkat, Sebagian Besar Kondisi Pasien yang ke Dokter Sudah Parah
KOMPAS.COM/ANDREAS LUKAS ALTOBEL
Ukiran Nisan untuk Julia Perez (Jupe) di rumah duka kawasan Raffles Hills Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (10/6/2017). Jupe mengembuskan napas terakhir pukul 11.12 WIB karena kanker serviks stadium empat. (KOMPAS.COM/ANDREAS LUKAS ALTOBEL) 

Laporan Reporter Warta Kota, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Globocan tahun 2018 menunjukkan, kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469, atau 17,2% dari kanker perempuan di Indonesia.

Angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per tahun. Itu berarti ada 50 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks.

Angka ini meningkat drastis dari data Globocan 2012, yang menyatakan 26 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks.

Menurut Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), data terbaru Globocan selaras dengan penelitian di Indonesia, yang menemukan insiden kanker serviks 1 dari 1.000 perempuan.

“Sekitar 80% pasien datang dalam stadium lanjut, dan 94% pasien stadium lanjut, meninggal dalam waktu dua tahun. Kalau dirata-rata, sekitar 40-60 perempuan meninggal dalam sehari,” tutur Prof. Andri, Ketua HOGI (Himpunan Ginekologi Onkologi Indonesia) saat diskusi media dengan tema 'Insiden Kanker Serviks Terus Meningkat, Take Action Now' di Penang Bistro Kebon Sirih, Rabu (13/2/2019).

Baca: Bedah Interior All New Livina: Ada 4 Pilihan Pengaturan Kursi untuk Muat Barang Lebih Banyak

Ia menjelaskan, pencegahan primer dan sekunder harus dilakukan. Pencegahan primer dengan melakukan vaksinasi. Sementara sekunder dengan melakukan skrining atau deteksi dini.

Berita Rekomendasi

Sayangnya kedua pencegahan itu masih kurang dilakukan di Indonesia. Cakupan skrining di Indonesia baru 11%, dengan Pap smear sekitar 7% dan IVA (inspeksi asam asetat) sekitar 4%.

Salah satu penyebab rendahnya skrining di yakni rasa malas atau enggan untuk melakukan skrining rutin. Ini sangat berbeda dengan pengalaman Prof. Andri di Belanda. Di negara tersebut, setiap perempuan usia produktif ditelepon setiap tahun untuk skrining rutin.

Skrining penting untuk mendeteksi kanker serviks secara dini. Namun, menurut temuan di Australia, Pap smear rutin selama 20 tahun tidak berhasil menurunkan insiden kanker serviks.

Baca: Yang Baru di All New Ertiga: Tipe GL Sekarang Pakai Foglamp. Tipe GX Gunakan Head Unit Layar Sentuh

“Akhirnya mereka berganti ke vaksin, dan insiden kanker serviks turun 40%. Australia mencanangkan 2030 bebas kanker serviks,” papar Prof Andri. Australia telah memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007.

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus) tipe onkogenik, utamanya oleh tipe 16 dan 18. Selain kanker serviks, HPV tipe onkogenik juga bisa menyebabkan berbagai kanker lain, termasuk kanker penis, anus, orofaring, dan lain-lain.

Virus ini tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diusahakan dengan meningkatkan daya tahan tubuh untuk membasmi virusnya.

"Yang terpenting adalah melindungi diri dari infeksi HPV sedini mungkin. Pencegahan primer dengan vaksinasi. Jakarta telah memulai proyek percontohan vaksinasi HPV untuk siswi kelas 5 SD/sederajat. Kita harapkan segera menjadi program nasional,” harap Prof Andri.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas