Menelisik Bahaya Narkoba Jenis Sabu dari Fisik hingga Kejiwaan
Seperti seks yang tidak aman sehingga kemungkinan untuk tertular penyakit menular seksual juga meningkat.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA–Narkoba di Indonesia masih terus berkembang. Awal bulan ini, polisi menangkap pengguna narkoba khususnya sabu yang profesinya berpengaruh di masyarakat.
Sabu, yang merupakan nama jalanan dari jenis methamphetamine ini merupakan jenis narkoba yang paling adiktif sehingga akan menimbulkan ketergantungan bagi para penggunanya.
Dokter sekaligus peneliti dalam bidang adiksi di Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), Jakarta, Hari Nugroho pun menjelaskan mulai dari bahaya dan bagaimana para pengguna keluar dari sabu dengan cara rehabilitasi.
Dokter Hari, tolong dijelaskan seberapa bahayanya sabu dan efek yang ditumbulkan bagi pemakainya?
Sabu atau narkoba jenis methamphetamine yang berbentuk kristal (crystal methamphetamine) ini merupakan turunan dari amphetamine, yang mempunyai efek stimulansia.
Di dalam otak methamphetamine akan mempengaruhi pengeluaran dari zat kimia natural di dalam otak yang disebut dopamine. Dopamine sendiri mempunyai pengaruh kepada motivasi, kesenangan, pergerakan tubuh.
Pada jangka pendek penggunaan sabu meskipun dalam dosis yang kecil akan menyebabkan penggunanya lebih terjaga, tidak mengantuk, dan fisik terasa lebih segar.
Baca: BNNP Kalimantan Barat Amankan 100 KG Sabu
Pengguna juga akan merasa nafsu makan turun, denyut jantung yang cepat dan dapat tidak teratur serta meningkatkan tekanan darah serta suhu tubuh.
Sementara pada jangka panjang pengguna sabu dapat mengalami gangguan dalam penilaian (judgment) dan pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan risiko untuk melakukan perilaku berisiko. Seperti seks yang tidak aman sehingga kemungkinan untuk tertular penyakit menular seksual juga meningkat.
Selain itu penggunaan jangka panjang juga dapat menyebabkan turunnya berat badan secara drastis, gangguan di gigi yang disebut meth mouth, sering gatal-gatal, gangguan cemas, gangguan tidur, paranoia, halusinasi serta perilaku kekerasan.
Baca: Tak Hanya Jadi Pengedar Narkoba, Pasutri ini Konsumsi Sabu untuk Tambah Stamina saat Hubungan Intim
Studi terbaru juga menemukan bahwa pengguna jangka panjang methamphetamine rentan untuk mengalami gangguan kognitif dan meningkatkan risiko untuk mengalami Parkinson.
Overdosis juga dapat terjadi jika dosis semakin meningkat dimana pengguna dapat mengalami stroke, serangan jantung dan gangguan ginjal.
Pada penggunaan yang akut atau baru saja memakai, kita dapat melihat pupil mata pengguna akan melebar, denyut nadi atau jantung meningkat, suhu tubuh dapat naik, tahan untuk tidak tidur selama beberapa waktu, tahan untuk tidak makan.
Baca: Oknum PNS Pemprov Lampung Ditangkap Saat Pesta Sabu
Pada mereka yang sudah mengalami kecanduan, dapat terlihat kehilangan berat badan yang ekstrim, wajah tampak lebih tua dari usia kronologisnya, lebih sensitif dan mudah marah. Serta dapat mengalami gejala gangguan jiwa seperti paranoia, cemas, atau halusinasi.
Bagaimana dengan mental pengguna dok? Emosinya apakah meledak-ledak terus?
Methamphetamine akan memengaruhi juga area yang terkait dengan kognisi dan emosi, khususnya dalam melakukan pertimbangan dan pengambilan keputusan serta membuat penggunanya mengalami gangguan emosi. Lebih sensitif dan mudah marah yang dapat berujung pada perilaku kekerasan.