Pola Serangan Nyamuk Pembawa Virus DBD Berubah, Tak Lagi Menghisap Darah Saat Siang
Nyamuk Ae.albopictus lebih banyak beraktivitas pada pagi hari, berbanding terbalik dengan aktivitas Ae.aegypti pada sore hari.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM- Kita tahu bahwa demam berdarah dengue atau DBD merupakan salah satu penyakit yang cukup mematikan.
Siapapun bisa terkena penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Sedangkan akhir-akhir ini kasus demam berdarah dengue atau DBD meningkat sejak awal 2019.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dari 1 hingga 29 Januari 2019 terdapat 13.683 kasus DBD di seluruh Indonesia dan sebanyak 132 penderita dikabarkan meninggal dunia.
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, jumlah korban terbanyak ada di Jawa Timur yaitu sebanyak 2.657 penderita.
Sedangkan provinsi terbanyak kedua adalah Jawa Barat dengan total 2.008 penderita, diikuti NTT dengan 1.169 penderita.
Atas banyaknya kasus ini, dinas kesehatan melakukan berbagai cara untuk membasmi nyamuk penyebab penyakit mematikan ini, salah satunya adalah dengan pengasapan atau fogging.
Sayangnya, cara ini sudah dianggap tidak begitu efektif untuk memberantas nyamuk pembawa virus dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ketidakefektifan pengasapan ini kemungkinan berhubungan dengan waktu aktivitas nyamuk yang telah berubah, seperti yang diungkapkan oleh para peneliti dari Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dalam artikel jurnal yang diterbitkan 2012, peneliti menemukan perubahan aktivitas itu setelah melakukan pengamatan di Desa Pa'lanassang, Makassar.
Peneliti kemudian menyebutkan di Malaya Peninsula menunjukkan nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus ditemukan mengisap darah dari senja hingga dinihari.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aktivitas menghisap darah nyamuk Ae.aegypti baik dengan menggunakan umpan orang dalam (UOD) maupun umpan orang luar (UOL) tertinggi pukul 17.00-18.00 WITA," tulis para peneliti, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
"Sebaliknya waktu aktivitas menghisap darah nyamuk Ae. albopictus menunjukkan perbedaan dimana dengan umpan orang dalam (UOL) tertinggi pukul 16.00-17.00 WITA dan dengan umpan orang luar (UOL) tertinggi pukul 09.00-10.00 WITA."
Penelitian yang dipimpin oleh peneliti nyamuk, Dr Syahribulan, ini juga menunjukkan waktu aktivitas terendah.
"Aktivitas Ae. aegypti dan Ae. albopictus terendah terjadi pada pukul 12.00-14.00 WITA. Baik nyamuk Ae. aegypti maupun Ae. albopictus ditemukan menghisap darah pada malam hari pukul 18.00-20.00 WITA."
Baca: Mengapa Golongan Darah O Sering Digigit Nyamuk dan Rawan Terjangkit DBD?
Peneliti juga menggarisbawahi nyamuk Ae.albopictus lebih banyak beraktivitas pada pagi hari, berbanding terbalik dengan aktivitas Ae.aegypti pada sore hari.
Selain itu, nyamuk Ae.aegypti lebih banyak mengisap darah di dalam rumah, sedangkan Ae.albopictus di luar rumah.
Di sisi lain, virus yang dibawa kedua nyamuk ini juga mengalami evolusi.
Walaupun mengalami evolusi, keparahan penyakit ini pada dasarnya masih sama seperti masa lalu.
Hal yang membedakan adalah jumlah pasien parah lebih banyak.
"Mungkin memang jumlah pasien parah lebih banyak, namun secara klinis seharusnya akan sama gejalanya, hanya mungkin tingkat keparahan akan lebih tinggi," terang R. Tedjo Sasmono, peneliti senior nyamuk dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kemenristekdikti.
Karena gejala yang muncul sama, penanganan DBD juga pada dasarnya sama seperti sebelumnya. "Kementerian Kesehatan pernah menerbitkan pedoman tata laksana DBD dan sampai saat ini pedoman tersebut masih dipakai oleh para dokter dalam menangani DBD," ujar Tedjo.(*)