Air Ketuban di Dalam Kandungan Asri Welas Kurang, Berbahayakah untuk Janin?
Saat kehamilannya memasuki trisemester tiga, Asri Welas mengalami masalah. Dokter menyebut air ketuban dalam kandungannya kurang. Bahayakah?
Penulis: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat kehamilannya memasuki trisemester tiga, Asri Welas mengalami masalah. Dokter menyebut air ketuban dalam kandungannya kurang.
Hal ini dikatakan Asri Welas kepada Tribunnews.com saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (8/4/2019), Asri Welas mengatakan
“Bayi itu kan di dalam berenang di air ketuban sementara aku itu air ketubannya kurang,” kata Asri Welas.
Apa yang terjadi kemudian pada kandungan jika air ketubannya kurang seperti dialami Asri Welas?
Mengutip Hello Sehat, bayi dalam kandungan dikelilingi oleh cairan ketuban yang membuatnya terlindungi dari infeksi dan tekanan dari luar.
Cairan ketuban juga mendukung pergerakan bayi, membuat bayi bisa bebas bergerak selama dalam kandungan. Sehingga, jumlah cairan ketuban berhubungan dengan pergerakan bayi dalam rahim.
Cairan ketuban harus berada dalam jumlah normal untuk mendukung kehidupan janin dalam rahim.
Lalu, bagaimana jika cairan ketuban sedikit? Apakah akan memengaruhi pergerakan janin?
Cairan ketuban merupakan salah satu pendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Cairan ketuban ini ada pada hari ke-12 setelah pembuahan (sel telur bertemu dengan sperma), di mana kantung ketuban sudah terbentuk.
Kemudian, kantung ketuban akan terisi air yang didapatkan dari ibu. Selanjutnya, kantung ketuban bertambah besar dan mempunyai volume cairan yang lebih banyak bersamaan dengan ukuran janin yang lebih besar.
Dengan adanya cairan ketuban, bayi dapat bergerak bebas di dalam rahim.
Pada trimester kedua, bayi mulai bernapas dan menelan cairan ketuban. Cairan ketuban yang tertelan bayi kemudian dikeluarkan lagi dari tubuh bayi, sehingga jumlah cairan ketuban bertambah mengikuti perkembangan bayi.
Tubuh ibu juga menyediakan cairan tambahan untuk janin.
Apa yang terjadi kalau jumlah cairan ketuban sedikit?
Jumlah cairan ketuban yang sedikit ini tentu dapat memengaruhi pertumbuhan dan pergerakan bayi. Selain itu, jumlah cairan ketuban yang sedikit juga ternyata dapat mengurangi pergerakan bayi dalam kandungan.
Penelitian oleh Sival dan kawan-kawan tahun 1990 menunjukkan bahwa penurunan jumlah cairan ketuban dapat menyebabkan penurunan kecepatan dan amplitudo gerakan bayi dalam kandungan.
Ya, penurunan jumlah cairan ketuban, atau disebut dengan oligohidramnion, memang merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi pergerakan janin. Selain oligohidramnion, faktor lain yang dapat memengaruhi penurunan pergerakan janin adalah:
Keterlambatan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) atau janin lebih kecil dari usia kehamilan (small for gestational age)
Fungsi plasenta berkurang
Kelahiran prematur yang akan terjadi
Infeksi yang terjadi di dalam rahim
Perdarahan fetomaternal
Penyebab Air Ketuban yang Sedikit
Cairan ketuban yang terlalu sedikit disebut oligohidramnion dalam bahasa medis.
Ibu hamil yang memiliki cairan ketuban sedikit belum tentu mengalami oligohidramnion, karena terdapat ukuran di mana ibu hamil bisa dikatakan mengalami oligohidramnion.
Jika volume cairan ketuban Anda kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka Anda mungkin mengalami oligohidramnion.
Oligohidramnion bisa terjadi kapan saja saat Anda hamil, namun pada umumnya oligohidramnion terjadi pada trimester terakhir kehamilan.
Kelelahan Bisa Picu Air Ketuban Berkurang?
Apa penyebab jumlah cairan ketuban sedikit?
Mungkinkah karena faktor si ibu yang kelelahan bisa menyusutkan jumlah air ketuban?
Asri Welas mengatakan dirinya menyadari, aktivitas dirinya cukup sibuk. Seringkali ia pun kurang memperhatikan pola makan. Ia sempat kurang asupan makanan dan air.
Lantaran kahawatir, Asri kini mengurangi aktivitasnya. Pemain film Keluarga Cemara ini tengah mempersiapkan persalinan.
Ia pun harus memperhatikan kondisi fisiknya, terutama perihal air ketuban.
“Sebenarnya 3 minggu lagi. Tapi dokter kan gak mau ambil risiko kalau sudah mulai pecah ketuban ya,” katanya.
Dari Penjelasan sejumlah pakar berkurangnya air keruban atau Oligohidramnion bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
Bayi cacat lahir, di mana bayi mengalami masalah pada ginjal dan saluran kemihnya sehingga bayi lebih sedikit menghasilkan urin. Akibatnya, jumlah cairan ketuban akan berkurang.
Masalah pada plasenta, hal ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah dari ibu ke janin. Akibatnya, janin tidak cukup menerima nutrisi dan oksigen dari ibu. Sehingga, cairan yang masuk ke tubuh bayi dan kemudian dikeluarkan oleh tubuh bayi akan terganggu siklusnya.
Ketuban pecah, hal ini dapat membuat cairan ketuban keluar dari rahim dalam jumlah sedikit maupun banyak. Tentunya, hal ini membuat cairan ketuban menjadi berkurang.
Kehamilan yang sudah lewat tanggal kelahirannya, kehamilan berusia 42 minggu atau lebih cenderung mempunyai jumlah cairan ketuban yang rendah karena fungsi plasenta sudah mulai berkurang.
Komplikasi kehamilan, seperti dehidrasi, hipertensi, preeklampsia, diabetes, dan hipoksia dapat memengaruhi jumlah cairan ketuban. Ya, dehidrasi bisa menyebabkan cairan ketuban Anda berkurang jumlahnya.
Jumlah cairan yang Anda minum setiap hari dapat memengaruhi jumlah cairan ketuban yang ada di rahim Anda. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Obstetrics and Gynaecology Research tahun 2009 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai jumlah cairan ketuban rendah dapat meningkatkan jumlah cairan ketubannya melalui air yang diminumnya setiap hari.
Semua penyebab oligohidramnion di atas dapat membuat cairan ketuban berkurang, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pergerakan bayi dalam rahim menjadi lebih lambat atau berkurang. (Reporter: Tribunnews.com/Nurul Hanna/berbagai sumber)