Agar Tidak Stres, Ini yang Perlu Kamu Lakukan Jika Jagoanmu Kalah pada Pemilu
Mendekati esok, mungkin banyak orang semakin merasa deg-degan, khawatir hingga stres bila jagoannya kalah besok.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Hanya tinggal sehari hingga pemilu tiba.
Mendekati esok, mungkin banyak orang semakin merasa deg-degan, khawatir hingga stres bila jagoannya kalah besok.
Jika Anda adalah salah satunya, tidak perlu malu untuk mengakuinya. Rasa duka yang dirasakan ketika jagoan politik Anda kalah adalah sesuatu yang wajar.
Pasalnya, politik merupakan bagian dari identitas diri seseorang, menurut studi yang dipublikasikan dalam Scientific Reports pada 2017.
Setelah melihat respons otak partisipan ketika dihadapkan dengan klaim-klaim politik dan non-politik, peneliti utama studi yang berasal dari Brain and Creativity Institute di University of Southern California Jonas Kaplan menyimpulkan bahwa keyakinan politik, seperti halnya keyakinan agama, merupakan bagian penting dari diri dan lingkaran sosial seseorang.
Baca: Diduga Terkait Politik Uang, Caleg DPR dari Gerindra Ditangkap, Uang Rp 506 Juta Diamankan
Di Amerika Serikat, isu post-elective stress atau stres pasca pemilu mencuat sebagai respons terhadap pemilu 2016.
Kemenangan Donald Trump rupanya tidak hanya membuat banyak pendukung Hillary Clinton patah hati, tetapi juga membuat sebagian pendukungnya sendiri merasa stres bila perbedaan pilihan akan menghambat relasi mereka.
Stres ini, menurut laporan Stress in America: Coping with Change, dirasakan oleh kedua kubu hinga bulan Januari, dua bulan setelah pemilu berakhir.
Menangkal stres pasca pemilu Lantas, bagaimana caranya supaya kita tidak berlarut-larut dalam stres pasca pemilu seperti para pemilih di AS?
Dilansir dari The Atlantic, 10 November 2016, Mary McNaughton-Cassill yang merupakan seorang profesor psikologi di University of Texas-San Antonio berkata bahwa kekalahan junjungan dalam pemilu berkemungkinan kecil dapat mendorong seseorang mengalami depresi klinis.
McNaughton-Cassill yang mempelajari manajemen stres dan tekanan emosional usai kejadian 9/11 menemukan bahwa orang-orang yang menjadi depresi stelahnya adalah orang-orang yang telah memiliki kondisi tersebut sebelum 9/11.
“(Kejadian tersebut) memengaruhi mood, tetapi tidak memengaruhi kesehatan mental,” ujarnya.
Baca: Pemilih Dilarang untuk Berswafoto dengan Surat Suara yang Sudah Dicoblos, Ini Alasannya
Meski demikian, dia juga menyarankan Anda untuk berusaha menjaga diri sebaik mungkin dan memperbaiki mood setelah pemilu. Caranya bermacam-macam, mulai dari sekadar menarik napas dalam, menikmati musik, berolahraga, hingga tidur secukupnya.
Namun, pastikan Anda tidak mengisolasi diri dalam upaya meningkatkan mood.
Jack Saul, direktur di Internatioanl Trauma Studies Program, berkata bahwa perawatan diri telah menjadi fokus utama, meskipun sebenarnya mengandalkan diri sendiri saja setelah trauma kolektif terjadi adalah hal terburuk yang dapat dilakukan.
Baca: Jangan Sampai Surat Suara yang Anda Coblos Tidak Sah, Perhatikan 5 Hal Berikut Ini
Perlu diketahui, trauma kolektif yang dimaksud Saul adalah pengalaman merasa terancam dan khawatir yang dirasakan bersama sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba atau berlanjut sehingga menyebabkan ancaman terhadap rasa memiliki dasar dalam masyarakat.
“Isolasi membuat seseorang merasa semakin rentan. (Trauma kolektif) memiliki dampak terhadap hubungan manusia – dan stres yang dirasakan seseorang dapat diekspresikan menjadi sifat lekas marah dan konflik di antara masyarakat,” ujar Saul. Dia melanjutkan, memperkuat hubungan dengan keluarga, komunitas dan organisasi adalah pendekatan pencegahan yang paling penting.
Pada tingkat individual, Anda dapat melakukan hal ini dengan menjalin relasi terhadap keluarga, teman dan rekan-rekan kerja.
Selain itu, Anda juga bisa berdonasi atau terlibat langsung dalam organisasi-organisasi sosial dan keagamaan dalam lingkungan terdekat Anda.
Pada intinya, mengambil tindakan langsung jauh lebih baik daripada terjebak dalam penyesalan dan berandai-andai. McNaughton-Cassill berkata bahwa berandai-andai dengan "jika saja, jika saja" tidak berguna untuk Anda ke depannya.
Dia lebih menyarankan ACT dari buku Rapid Relief from Emotional Distress A adalah “accept reality” atau menerima kenyataan. C adalah “create vision” atau membuat visi di mana Anda harus mulai berpikir bagaimana Anda bisa melindungi hal-hal yang penting bagi Anda ke depannya.
Terakhir, T adalah “take action” atau melakukan aksi untuk merealisasikan visi yang Anda buat. Aksi ini bisa jadi terlibat dalam kegiatan berorganisasi di lingkungan, menulis, maju dalam pemilihan berikutnya atau sekadar bersama dengan orang-orang yang Anda cintai.
Proses tiga langkah ini diyakini oleh McNaughton-Cassill dapat berguna bagi semua orang, baik kubu yang kalah maupun yang menang, ke depannya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa yang Harus Dilakukan kalau Junjungan Kalah Pemilu Besok?", Penulis : Shierine Wangsa Wibawa