Jantung Rematik Bisa Mengancam Anak, Ada Hubungannya dengan Sanitasi
Jantung rematik merupakan kondisi di mana terjadi kerusakan pada katup-katup jantung, sebagai komplikasi lanjutan dari demam rematik.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian orang tentu sudah kenal dengan penyakit jantung koroner atau serangan jantung yang mematikan. Namun, tahukan Anda tentang penyakit jantung rematik (PJR)?
Jantung rematik merupakan kondisi di mana terjadi kerusakan pada katup-katup jantung, sebagai komplikasi lanjutan dari demam rematik.
Gangguan kesehatan ini kerap mengancam anak-anak di negara miskin dan berkembang dengan rentan usia 5-15 tahun.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Dr. BRN. Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K) menjelaskan, demam rematik terjadi akibat infeksi tenggorokan oleh kuman streptokokus grup A hemolitikus.
Baca: Penderita Gagal Jantung Juga Tetap Bisa Berolahraga
Baca: Gatal-gatal Bukan Selalu karena Alergi, Diabetes Bisa Jadi Biang Keladi
Baca: Manfaat Nanas, Meningkatkan Kekebalan Tubuh Sampai Cegah Kanker
"Diagnosisnya sulit. Mulanya dari infeksi tenggorokan. Bila tak ditangani secara tuntas, kuman streptokokus itu masuk melalui tenggorkan dan menyerang katup jantung," jelas Ario di kantor Yayasan Jantung Indonesia (YJI) di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (27/9/2018).
"Jadi ada cross reaction antara kuman dengan alirah darah. Kalau sakit berulang-ulang, badan akan beradaptasi dengan benda asing yang nempel, sehingga terjadi peradangan di katup" imbuhnya.
Baca: Bagaimana Mengelola Stres dengan Benar Agar Energi Anda Tak Terkuras?
Ario melanjutkan, pada penderita PJR, katup tidak dapat membuka dan menutup secara baik, sehingga mengganggu pemompaan aliran darah keseluruh tubuh sampai katup jantung bocor.
"Jadi tidak sepele. Bisa sebabkan kematian," tuturnya.
Siapa yang Berisiko Terinfeksi?
Dokter yang berpraktik di RS Harapan Kita ini menyebutkan, PJR lebih mudah terjadi pada anak berusia 5-15 tahun, mereka yang tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh, serta mereka yang memiliki keterbatasan pelayanan kesehatan.
"Ini semua berhubungan dengan sanitasi. Terkait higienis tidaknya individu dan lingkungannya," jelasnya.
Gejala Demam Rematik
Ario menerangkan, demam rematik tidak memiliki gejala yang khas. Biasanya gejala yang sering timbul meliputi kesulitan bernapas, keluhan sakit dada, demam, bengkak sendi, dan adanya benjolan kecil di bawah kulit.
Baca: Tak Punya Biaya Untuk Pengobatan Anak, Warga Tulugagung Ini Menawarkan Ginjalnya
Ada pula yang terinfeksi pada bagian syaraf sentral, membuat penderitanya mengalami perlambatan saat bergerak, gerakan tidak terkoordinasi dengan baik, dan mempengaruhi emosi penderita.
"Tapi keluhan-keluhan biasanya tak menetap lama. Kalau tidak diperhatikan betul bisa terlewat. Bila keluhan ini sudah berulang-ulang, saya sarankan periksa lebih lanjut ke ahli," kata dia.(*)