Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kotoran Hewan Bisa Bantu Obati Depresi pada Manusia, Benarkah? Berikut Penjelasannya

Simak penjelasan dari studi baru tentang kemungkinan kotoran hewan/ tinja yang bisa membantu mengobati depresi pada manusia.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Kotoran Hewan Bisa Bantu Obati Depresi pada Manusia, Benarkah? Berikut Penjelasannya
spectator.co.uk
ILUSTRASI - Simak penjelasan dari studi baru tentang kemungkinan kotoran hewan/ tinja yang bisa membantu mengobati depresi pada manusia. 

Simak penjelasan dari studi baru tentang kemungkinan tinja yang bisa membantu mengobati depresi pada manusia.

TRIBUNNEWS.COM - Para ilmuwan telah menemukan bahwa memindahkan kotoran hewan/ tinja dari satu sumber ke pasien lain berpotensi dapat membantu mengobati gangguan kejiwaan seperti depresi.

Namun, jangan khawatir, itu tidak seperti yang kamu pikirkan.

Ada cara “bersih” dan aman untuk mendapatkan transplantasi tinja.

Sebuah studi baru memiliki penemuan baru tentang ini.

Baca: Turunkan Berat Badan hingga Jaga Gula Darah, Ini 7 Manfaat Luar Biasa Belimbing bagi Kesehatan

Baca: Mandi Air Dingin Membantu Anda Melawan Depresi, Simak Beberapa Manfaat Lainnya

Baca: Depresi Bisa Tumbuh Ketika Anda Kesepian, Bagaimanakah Mengatasinya?

Sutdi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan bahwa pada hewan, transplantasi bakteri usus dari subjek yang tidak stres dengan mereka yang terpapar stres dapat meningkatkan kondisi mental yang terkena stres.

Para peneliti mengatakan temuan mereka dapat membantu menciptakan perawatan probiotik untuk gangguan kejiwaan manusia.

Berita Rekomendasi

"Kami menemukan bahwa stres mengubah mikrobioma usus tikus yang menunjukkan gejala depresi dalam uji laboratorium" Seema Bhatnagar, ketua peneliti dan ahli saraf di Departemen Anestesiologi dan Perawatan Kritis di Children's Hospital Philadelphia (CHOP), mengatakan dalam sebuah pernyataan

Sebelum penelitian, telah diketahui bahwa otak dan usus saling mempengaruhi.

Pada manusia, pasien dengan gangguan kejiwaan memiliki mikroba usus yang unik dalam tubuh mereka dibandingkan dengan mikroba pada individu yang sehat.

Tim Bhatnagar berfokus pada mekanisme yang terkait dengan peradangan otak, mikrobioma, dan stres.

Untuk studi mereka, para peneliti menganalisis mikrobioma tinja tikus stres, tikus sehat, dan kelompok kontrol yang tidak stres dan kelompok sehat.

Hasil menunjukkan bahwa subjek hewan dengan masalah mental memiliki proporsi bakteri tertentu yang lebih tinggi, seperti Clostridia, daripada kelompok lain.

Kelompok yang stres kemudian menerima transplantasi tinja dari tiga kelompok donor sehat yang tidak pernah mengalami stres.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas