Budaya Minum Teh di Mesir Dorong Peningkatan Ekspor Indonesia
Perkebunan tahun 2018, ekspor komoditas perkebunan ke Mesir sebesar 990,4 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai USD 673,7 juta.
Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teh merupakan minuman paling populer di Mesir yang dikonsumsi oleh semua segmen pendapatan, dan tersedia di seluruh negeri. Pasar mesir 2 tahun terakhir diwarnai dengan program reformasi ekonomi negara Mesir terkait pencabutan secara bertahap sampai tahun 2021 dari subsidi bahan bakar dan listrik yang berdampak terhadap laju inflasi yang tinggi.
Meskipun demikian, teh masih mencatat pertumbuhan positif, meskipun pada tingkat yang lebih lambat.
Hal ini terjadi karena teh dianggap sebagai produk penting dalam rumah tangga Mesir, sehingga permintaan tetap dipertahankan meskipun harganya naik, sebagian karena peningkatan populasi.
Sebagaimana data BPS diolah Ditjen.
Perkebunan tahun 2018, ekspor komoditas perkebunan ke Mesir sebesar 990,4 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai USD 673,7 juta.
Dari data volume ekspor tersebut 94% ekspor Indonesia ke Mesir berupa kelapa Sawit sedangkan untuk komoditas teh diekspor sebesar 199,6 ton berupa teh hitam dan teh hijau dengan nilai mencapai USD 415,2 ribu dan sampai dengan semester 1 tahun 2019 ekspor teh Indonesia sebesar 20 ton.
Saat ini, Badawy & Sons Co terus memimpin kategori teh secara keseluruhan di pasar Mesir, melalui merek El Arosa, dengan produk utama teh hitam.
El Arosa diuntungkan dari keterjangkauan dan jaringan distribusi yang luas, yang menjangkau daerah pedesaan Mesir.
Tetapi dengan semakin meningkatnya konsumsi teh dimesir dengan rata-rata peningkatan 5% per tahun utamanya dalam mengisi pasar café-café dan supermarket maka akan menjadi peluang untuk teh Indonesia untuk diekspor ke Mesir, utamanya aromatic tea, white tea dan black tea.
Pemerintah mendorong Industri untuk pengembangan produk-produk baru teh yang menjadi peluang untuk dikembangkan karena menawarkan alternative cita rasa dan kandungan zat antioksidan yang lebih kaya untuk konsumen.
"pemerintah dengan program BUN-500 juga turut berkontribusi untuk membantu petani teh dalam penyediaan benih unggul dan bermutu sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas teh nasional, juga tidak kalah penting dari sisi kualitas dengan memperhatikan standar kualitas dari benih, panen, pascapanen sampai pengolahan yang dibutuhkan negara pengimpor, " kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan, Rabu (21/8/2019).
Kasdi menambahkan, Di satu sisi yang lain, Pemerintah juga mendorong pelaku usaha membuka peluang akses pasar di negara lain tentunya pasar di negara yang beriklim subtropics-sedang-dingin.