Heboh Lem Aibon Masuk Anggaran Pemprov DKI Hingga Miliarn, Ini Efek Negatifnya Kalau Disalahgunakan
Lem Aibon sedang menjadi pembicaraan karena dalam Rencana Anggaran 2020 DKI Jakarta, untuk membeli lem aibon anggaranya mencapai Rp 82,8 miliar.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Lem Aibon sedang menjadi pembicaraan karena dalam Rencana Anggaran 2020 DKI Jakarta, untuk membeli lem aibon anggaranya mencapai Rp 82,8 miliar.
Anggaran pembelian lem yang punya tagline ‘Perekat Serba Guna’ di packagingnya itu tentunya menjadi viral terlebih lem ini punya ‘image negatif’.
‘Image negatif’ ini timbul karena lem aibon ini banyak disalahgunakan sebagai alat untuk mabuk karena wangi khasnya yang kuat.
Dokter sekaligus peneliti dalam bidang adiksi di Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), Jakarta, Hari Nugroho menjelaskan mabok karena lem tersebut disebut dengan adiksi inhalan atau adiksi pada zat kimia tertentu.
Adiksi inhalan ini biasanya dilakukan anak-anak dan remaja karena menggunakan barang-barang yang mudah ditemui.
“Lem mudah didapatkan yang kemudian jadi permasalahan zat kimia berbahayanya terhirup yang dihirup adalah zat kimia berbahaya dan zat itu mempengaruhi otak karena sifatnya psikoaktif,” ungkap dr. Hari kepada Tribunnews.com, Kamis (31/10/2019).
Baca: Wali Kota Jakbar Beri Tanggapan Soal Anggaran Lem Aibon Rp 82,8 Miliar yang Viral, Ini Fakta Barunya
Baca: Berusaha Pulangkan Sang Anak, Ibunda Indah Permatasari Justru Alami Hal Gaib Ini
Adiksi pada zat kimia ini akan berefek pada susunan saraf yang akan membuat sistem kerja otak menjadi lebih lambat yang membuat seseorang jadi mabok.
“Kalau kerja otak lebih lambat ya bisa mabuk karena mengirup zat kimia, jadinya ada distorsi, jadi cadel, ngaco lah, terus sempoyongan,” kata dr. Hari.
Kecanduan lem ini juga bisa beresiko panjang karena bisa membuat halusinasi, penyimpangan perilaku seksual hingga kerusakan organ.
“Nanti perilaku seksualnya berisiko, terjadi halusinasi gejala kejiwaan, emosinya jadi tidak terkontrol jadi gampang marah, dan tentunya kerusakan organ lain seperti hati dan ginjal karena metabolismenya kan menurun,” papar dr. Hari.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.