Psikolog Jelaskan Sisi Psikopat Pada Kepribadian Reynhard Sinaga
Ada sikap dominan Reynhard Sinaga yang menunjukan karakter psikopat.pria asal Indonesia yang mendaptkan hukuman seumur hidup di Inggris.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ada sikap dominan Reynhard Sinaga yang menunjukan karakter psikopat.
Reynhard Sinaga adalah pria asal Indonesia yang mendaptkan hukuman seumur hidup di Inggris karena memperkosa ratusan pria itu.
Psikolog Klinis dan Hipnoterapis, Liza Marielly Djaprie menyebutkan sikap tersebut adalah merasa tidak bersalah terhadap pelanggaran yang ia lakukan.
“Jadi karakteristik gangguan kepribadian psikopat ya seperti Reynhard tidak merasa bersalah dia bisa melakukan kejahatan berulang-ulang tanpa perasaan bersalah tersebut,” ungkap Liza kepada Tribunnews.com, Rabu (8/1/2020).
Kemudian karakter berikutnya adalah tidak adanya rasa empati ketika melakukan tindakan yang salah kepada orang lain dan melakukan taktik khusus agar tenang selama melakukan aksi.
Baca: Ditangkap Tahun 2017, Ini Alasan Inggris Tutup Rapat Kasus Reynhard Sinaga, Pertimbangkan Korban
Baca: Kasus Reynhard Sinaga, KBRI London Sebut Terus Dampingi Proses Persidangan hingga Putusan Final
Dalam kasus ini Reynhard memilih menggunakan obat bius ketika memperkosa para pria tersebut di tempat tinggalmya di Inggris.
“Dia merasa benar-benar oke-oke saja untuk melakukan itu, tidak ada rasa empati, dia mudah untuk memanipulasi orang, dia harus selalu in control gitu. Nah itu adalah beberapa karakteristik dari psikopat sebenarnya,” ucap Liza.
Reynhard pun bisa tergolong psikopat kelas besar dengan kemampuan intelektual yang sangat baik karena bisa cukup lama menutupi kejadian tersebut.
“Kalau yang besar seperti Reinhart Sinaga ini dia butuh kemampuan intelektual yang baik, bahkan di atas rata-rata. Dia sudah merancang, seperti memilih lingkungan yang lebih mendukung untuk apa yang mau dia lakukan,” kata Liza.
Gangguan kepribadian termasuk psikopat ini sebenarnya sudah ada sejak lahir yang kemudian dipupuk dengan pengalaman buruk masa lampau, trauma, stres, pola asuh, lingkungan di sekolah atau bullying.
“Kenapa meletus atau kelihathannya pas remaja atau dewasa muda karena itu butuh waktu untuk dipoles dengan trauma atau pola asuh atau lingkungan,” tutur Liza.