2 Penyebab Menurut Para Ahli, Pasar di China Selalu Jadi Sumber Virus Mematikan SARS dan Corona
Dunia kesehatan sekarang sedang dihebohkan dengan virus Corona yang membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) turun tangan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Dunia kesehatan sekarang sedang dihebohkan dengan virus Corona yang membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) turun tangan.
Dunia menyebut virus Corona yang sedang membuat heboh ini adalah virus Wuhan. Dinamai virus Wuhuan, karena virus ini penyebarannya dimulai dari Wuhan di China.
Komisi Kesehatan Wuhan awalnya menyebutkan ke publik pada 31 Desember 2019 ada 27 kasus pneumonia di kota tersebut, pasien pertama sakit pada 12 Desember 2019.
Gejala yang dialami adalah demam dan kesulitan bernapas.
Tidak ada seminggu, jumlah kasus serupa di Wuhan meningkat hingga angka 59, termasuk 7 kasus serius akut.
Dikhawatirkan korban akan terus meningkat, bahkan sampai melebihi batas negara. Virus corona baru dari China ini menjadi ancaman bagi kesehatan global di awal tahun 2020.
Berkaca pada rujukan sejarah, China sudah sering menjadi titik permulaan (ground zero) penyakit infeksi yang akhirnya menjadi ancaman kesehatan global.
Pada tahun 2002, Severe acute respiratory syndrome (SARS) menginfeksi lebih dari 8.000 orang dengan 774 di antaranya meninggal dunia.
Muncul pertanyaan, apa penyebab China sering mengalami wabah bahkan dituding menjadi sumber penyakit infeksi?
Baca Juga: 5 Cara Bikin Otak Sehat Terus Sampai Lanjut Usia, Ternyata Mudah
Dilansir BBC,Profesor Mark Woolhouse, pakar epidemiologi penyakit menular dari University of Edinburgh, Skotlandia, menyebut setidaknya ada dua jawaban untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, Prof Woolhouse menyebut China merupakan negara besar dengan populasi hampir 1,4 miliar jiwa.
Sebagian besar di antaranya tinggal di kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Alasan kedua, hampir seluruh masyarakat China, terutama yang tinggal di daerah perkotaan padat penduduk, belum mengaplikasikan standar kebersihan diri dan lingkungan yang baik alias masyarakatnya masih banyak yang jorok.
Tingginya kontak dengan hewan, tanpa pengamanan yang cukup, membuat risiko penularan infeksi penyakit dari hewan ke manusia meningkat.
"Tidak mengherankan wabah berikutnya terjadi di China, atau dari bagian bumi sebelah sana," tutur Woolhouse.
Baca Juga: Hasil Riset, Diet Mediterania Bantu Tingkatkan Peluang Hamil
Pakar virologi dari University of Nottingham, Profesor Jonathan Ball, menyebut dugaan awal virus corona baru ini bermula di pasar ikan kota Wuhan.
Di mana, mamalia laut seperti paus Beluga yang lazim dijual-belikan di China, memiliki kemampuan membawa virus corona.
Namun tak menutup kemungkinan, virus corona baru ini juga bisa berasal dari ayam, kelelawar, kelinci, hingga ular yang juga diperjualbelikan di tempat yang sama.
Ball mencontohkan penularan SARS yang awalnya bermula dari kelelawar lalu menular ke kucing sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Ada pula penyakit MERS yang sebelum menginfeksi manusia, lebih dahulu mewabah di unta.
Pasar Seafood Huanan sendiri adalah pasar tradisional yang menjual bebagai barang kebutuhan sehari-hari. Namun pasar ini juga menjual benda tak lazim, termasuk hewan liar hidup atau siap olah menjadi makanan.
Berbagai hewan liar yang dijual sebut saja rubah, anak serigala, buruk merah, unta, burung unta, koala, dan landak.
Penjual di pasar tersebut juga menawarkan jasa potong dan pengiriman bagi konsumen yang ingin membeli hewan eksrem tersebut.
Baca Juga: Cara Memasak Nasi Yang Salah dan Berbahaya Bagi Kesehatan, Perhatikan!
Lantas, mengapa orang China gemar menyantap hewan liar yang tak lazim untuk dikonsumsi?
Dilansir dari South China Morning Post, menurut ekonom politik independen, Hu Xingdou, alasan budaya, ekonomi, dan politik masih jadi alasan mengapa orang China suka makan hewan liar dan eksotis.
Baca Juga: Terungkap, 3 Fakta Mengapa Wanita Bisa Hidup Lebih Lama Daripada Pria
“Orang China melihat makanan sebagai suatu kebutuhan utama. Karena kelaparan adalah ancaman yang besar dan bagian tak terlupakan dari sejarah negeri ini,” ujar Hu seperti dilansir dari South China Morning Post.
“Mungkin banyak orang China yang tak lagi bermasalah dalam hal makanan. Namun memakan daging, organ, atau bagian dari hewan atau tumbuhan langka telah menjadi identitas bagi sebagian orang.”
Orang-orang China menganggap hewan liar lebih bernutrisi daripada hewan yang dikembangbiakan khusus untuk dikonsumsi.
Status sosial juga menjadi alasan mengapa banyak orang China yang masih senang mengonsumsi hewan langka dan liar.
Misalnya, semangkuk sup kelelawar memiliki nama “Fu” dalam bahasa Mandarin yang artinya adalah keberuntungan dan nasib baik.
Ini sekaligus menjadi alasan mengapa mudah menemukan pasar yang menjual hewan liar dalam kondisi hidup atau mati di kota besar China.
"Sampai saat ini belum ada yang berhasil menemukan hewan apa yang bertanggung jawab terhadap virus corona baru. Jika penyebab sudah ditemukan, maka penanganannya akan lebih mudah," tutup Ball.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menggelar pertemuan membahas status virus baru pada Rabu lalu.
Seusai pertemuan itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan, ia membutuhkan lebih banyak informasi mengenai virus baru dan menyebarkannya sebelum dapat menyetujui wabah itu merupakan darurat kesehatan global.
Baca Juga: 5 Tanda Kadar Kolesterol Sudah Lampu Merah, Bahayanya Ke Jantung!
“Ini adalah tantangan yang berkembang dan kompleks. Keputusan tentang perlu atau tidak, darurat, internasional, diambil dengan sangat serius, Keputusan ini hanya saya siapkan dengan persetujuan yang tepat,” kata Ghebreyesus. Rapat darurat bertemu lagi dalam waktu dekat. (*)