Alasan di Indonesia Belum Ditemukan Kasus Virus Corona, Kekebalan Tubuh Hingga Kekuatan Doa
Banyak negara tetangga yang sudah ditemukan orang terjangkit virus corona, mengapa di Indonesia belum ada? Benarkah kita aman dari virus corona?
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
2. Tidak Ada Peningkatan Angka Kematian Pneumonia
Melihat dari kejadian di Wuhan, pasien yang terjangkit novel corona virus mayoritas menunjukkan gejala seperti penyakit pneumonia.
Tanda-tandanya mengarah kepada masalah saluran pernafasan seperti batuk, pilek, demam hingga sesak napas.
Namun di Indonesia angka kematian terkait penyakit tersebut tidak meningkat secara signifikan.
“Dalam kejadian corona ini kami tidak melihat data yang signifikan terhadap peningkatan kematian kejadian pnemuomi di Indonesia. Inilah yang jadi bahan kajian,” kata Anung.
Baca: Indonesia Bebas Corona Meski 5 Negara Asia Sudah Terpapar, Organisasi Kesehatan Dunia WHO Khawatir
Baca: Terkait Virus Corona, Masih Ada WNI yang Bertahan di China, Ahli: Saya Anjurkan Tidak Perlu Pulang
Baca: Sudah 5 Negara Asia Terkena Dampak Virus Corona, Mengapa Indonesia Tidak? Ternyata Ini Penyebabnya
3. Doa yang Manjur
Terakhir alasannya adalah kekuatan doa dari seluruh masyarakat yang terkabul sehingga di Indonesia belum ditemukan virus yang pertama kali mewabah di Wuhan, China itu.
”Faktor lain yang menyebabkan belum ada, ya seperti yang dikatakan pak menteri doanya orang Indonesia, doanya makbul,” ungkap Anung.
WHO Pun Khawatir
Mengutip The Sydney Morning Herald Rabu (5/2/20) Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut Indonesia harus berbuat lebih banyak.
Hal itu karena kekhawatiran pada negara berpenduduk 270 juta ini yang belum melaporkan satupun kasus virus corona.
WHO menginginkan agar Indonesia meningkatkan kewaspadaan dan deteksi kasus dari persipan di fasilitas kesehatan.
Hal itu menyusul serangkain warga Australia yang tinggal di Bali telah didiagnosis menderita pneumonia, namun prosedur pengujian oleh otoritas kesehatan masih terbatas.
Perwakilan WHO di Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan, yang bekerja erat dengan Kementerian Kesehatan, mengatakan negara itu telah mengambil langkah konkret.