Formulasi BCL Diklaim Jadi Receptor Blocker yang Halau Covid-19 Agar Tak Menempel di Paru-paru
formula BCL bisa diterima secara logika karena mengikat receptor virus corona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah formulasi yang berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau virus corona jenis baru atau Covid-19 agar tidak menempel di paru-paru dikembangkan bersama antara PT PUF Sains Lab, Nucleus Farma, dan Profesor Nidom Foundation.
Formula yang dikembangkan melalui teknologi PUFF ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu Bromhexine Hydrochloride (BCL), Guaiphenisin, dan beberapa zat lainnya.
Prof Chaerul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation menjelaskan keunggulan PUFF adalah mengadopsi teknologi Perforated Heating Plate (PHP) yang sudah dipatenkan.
Pada teknologi ini ada lubang-lubang di plat coil, sehingga akan menghasilkan panas yang lebih merata. Dengan demikian, aerosol uap yang dihasilkan dari alat PUFF lebih baik.
“Jika paru-paru sudah terinfeksi, akan sulit sekali untuk direhabilitasi, apalagi saat ini belum ada obatnya, perawatan yang diandalkan sekarang adalah infus vitamin, dan beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi. Oleh karena itu, terkait formula BCL, kami mendapat respon positif dari rekan-rekan dokter serta akademisi,” papar Nidom, dalam keterangan tertulis, Senin (6/4/2020).
Prof Nidom yang juga guru Besar Biologi Molekuler UNAIR itu menjelaskan, formula BCL bisa diterima secara logika karena mengikat receptor virus corona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya.
Jika virus tidak menempel di receptor ACE2 paru-paru, maka virus tidak dapat berkembang biak dan akan mati dengan sendirinya.
“Kita tidak boleh hanya menggunakan konsep yang monoton dalam menghadapi Covid-19. Salah satu cara menangani virus ini yang diusulkan oleh teman-teman fakultas kedokteran adalah dengan mengendalikan receptor blocker,” tuturnya.
Prof. Nidom menuturkan, formula BCL yang diaplikasikan melalui penguapan atau aerosol dapat digunakan oleh mereka yang berisiko tinggi terpapar Covid-19.
Mereka adalah para dokter dan tenaga medis yang bertugas di garis depan, pasien atau penderita Covid-19, dan Orang Dalam Pengawasan (ODP).
“Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang mengisolasi diri di rumah juga bisa menggunakan formula BCL ini,” tutur Virologist senior yang sudah meneliti virus selama 35 tahun, termasuk penelitian virus Ebola, virus SARS dan MERS.
Dibutuhkan tools khusus seperti device yang membantu proses penguapan formula BCL ke paru-paru.
Terkait ini, PT PUF Sains Lab sudah menghadirkan perangkat PUFF.
Edward Basilianus SE MM, CEO Nucleus Farma mengatakan, perangkat PUFF dapat difungsikan sebagai drug delivery system (DDS) untuk menghantarkan formula obat melalui metode aerosol atau penguapan.
"Mekanisme ini juga dapat digunakan sebagai obat anti influenza atau batuk yang berhubungan dengan respiratory dan pulmonary, seperti sesak nafas dan obat mukolitik.”
“PUFF aman untuk digunakan karena telah didesain dengan konsep closed-system sehingga cairan di dalamnya tidak dapat diubah, ditambahkan, dan diisi ulang. Berbeda dengan perangkat open-system, dimana cairan atau likuid bisa dimasukkan ke dalam perangkat tanpa memperhatikan takaran yang dianjurkan oleh ahlinya,” kata Edward.
Sementara itu, Iwan Setiawan SE SIP MM, Presiden Direktur PT PUF Sains Labs menuturkan, PUFF didirikan di Indonesia oleh tim berpengalaman yang terdiri dari insinyur, ilmuwan, ahli kimia, petinggi di industri FMCG, ritel, elektronik, dan obat – obatan alami.
"Kami berkomitmen untuk mencapai misi kami, yaitu meningkatkan kualitas hidup orang banyak melalui ilmu dan inovasi yang memanfaatkan bahan alami terbaik,” katanya.
Iwan Setiawan menambahkan, seluruh bagian produk PUFF, baik perangkat maupun PUFFpod atau cartridge telah memenuhi standar keselamatan dan kualitas internasional, seperti Restriction of Hazardous Substances (RoHS) dan Electromagnetic Compatibility (EMC), serta telah menjalani pengujian dan inspeksi ekstensif. Paten PUFF (patent WIPO) sudah didaftarkan di beberapa negara di benua Amerika, Eropa, Asia, termasuk China dan Indonesia.”
“Material dasar PUFF menggunakan plastik tahan panas dengan standar food-grade, dan mengandung jalur uap berbahan dasar PCTG kualitas tinggi yang tahan panas sesuai dengan standar industri, sehingga tidak akan terasa panas ketika digunakan, serta tidak akan meleleh ketika dilalui uap panas, dan memakai pemanas berteknologi tinggi berbasis bahan nichrome yang telah dipatenkan. Disamping itu, shell alumunium PUFF yang membungkus baterai lithium-ion, papan sirkuit, dan sensor tekanan, semuanya terpisah dari jalur uap dan cairan, sehingga memberikan tingkat keamanan yang lebih baik,” ungkap Iwan Setiawan.
Penjajakan kerjasama dengan LAFIAL
Tiga lembaga pengembang formulasi BCL, PT PUF Sains Lab, Nucleus Farma, Profesor Nidom Foundation juga menjajaki kerjasama dengan Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (LAFIAL).
Kerjasama dimaksudkan agar formula BCL yang nantinya akan dipersiapkan dalam device PUFF dapat bermanfaat dalam bidang medis, terutama untuk menghadapi pandemi Covid-19.
"Kami berharap kerjasama dengan LAFIAL dapat terjalin, sehingga menjadi bukti kolaborasi yang baik antara tiga pihak, yakni Akademisi, Dunia Bisnis, dan Pemerintah atau dikenal dengan istilah ABG (Academician, Businesses, Government)," kata Prof Nidom.
Kolonel Laut (K), Agusman, MM.,Apt selaku Kepala LAFIAL menyambut baik rencana kerjasama tersebut. Agusman berharap, kerjasama ini dapat mengatasi penyebaran COVID-19. Hal senada disampaikan Letnan Kolonel Yudi, salah satu staf LAFIAL.
“Sangat terbuka dan gembira bisa berperan dalam kerjasama antara pihak akademisi, bisnis dan pemerintah, terutama dalam rangka membantu masyarakat mengatasi wabah COVID-19. Sebagai lembaga yang bergerak di industri dan penelitian, dalam kerjasama ini diharapkan terjadi transfer ilmu dan teknologi, yang ke depannya memberi manfaat bagi TNI AL, khusunya LAFIAL,”
Lima senyawa untuk menghalau Covid-19 yang Direkomendasikan Guru Besar UNAIR
Untuk menjaga sistem imunitas tubuh, Prof Nidom merekomendasikan 5 senyawa yang disebut super antioksidan. Kelima senyawa aktif tersebut adalah jintan hitam (nigella sativa), daun jambu biji (psidium guajava), pegagan (centella asiatica), temulawak (curcuma xanthorriza), dan beras merah (oryza sativa).
Lima senyawa tersebut telah terbukti dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Pada saat bersamaan, Edward Basilianus memperkenalkan Rafa Khomsah, produk yang kandungannya mewakili 5 unsur senyawa tersebut.
Produk Rafa Khomsah sudah terdaftar di BPOM dan memiliki sertifikat halal MUI serta terdaftar di Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Internasional.
Rafa Khomsah merupakan produk yang dapat dikonsumsi harian. Selain itu, Rafa Khomsah juga baik untuk dikonsumsi oleh para jamaah yang sedang menunaikan ibadah Haji dan Umroh.
Kandungan antioksidan yang terkandung didalamnya sudah tidak asing di kalangan Muslim. Habbatussauda atau yang biasa dikenal dengan nama jintan hitam, sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad dan digunakan sebagai ramuan obat. .