Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Susu Kental Manis di Paket Bansos Tidak untuk Bayi, Ini Alasannya 

SKM harus digabung dengan makanan lain seperti pepaya, sirup kan itu jadi campuran tapi itu juga tidak menjadi sumber gizi utama

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Susu Kental Manis di Paket Bansos Tidak untuk Bayi, Ini Alasannya 
Net
Ilustrasi Susu Kental Manis 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk-produk instan seperti mie instan, sarden dan susu kental manis (SKM) sangat lumrah ditemukan dalam paket bantuan sembako bagi warga terdampak Covid-19 di Indonesia.

Sekilas, bantuan ini terlihat meringankan masyarakat. Namun bila diperhatikan, bantuan untuk masyarakat ini sangat berbahaya bagi kesehatan anak-anak.

"SKM itu bukan pengganti ASI dan bukan pengganti susu juga," kata Dirjen Gizi Kemenkes RI, Dr. Dhian Dipo dalam acara diskusi online FJO “Waspadai Stunting di Tengah Pandemi” baru-baru ini.

SKM memiliki kandungan gula yang terlalu tinggi dan sangat membahayakan jika dikonsumsi bayi dan anak-anak.

“Maka selama ini kami juga melakukan edukasi kepada masyarakat soal pemahaman tentang gizi yang seimbang. Yaitu, dengan membatasi pangan manis, asin, dan berlemak,” ujarnya. 

Ia mengingatkan  pentingnya memantau pertumbuhan anak agar jangan sampai anak malah banyak menderita stunting atau menderita gizi buruk yang timbul akibat pandemi Covid-19 ini.

Baca: Aktivis Kesehatan MInta Jangan Ada Susu Kental Manis Saat Beri Bantuan Sembako ke Warga Miskin

 “Jadi saya ingatkan lagi, kalau nanti ada bantuan sosial yang ada bentuknya SKM, itu bukan buat balita," katanya.

Berita Rekomendasi

SKM itu juga bukan sesuatu yang baik untuk diminum tunggal seperti buat minuman yang hanya isinya susu saja, itu tidak bisa.

"SKM harus digabung dengan makanan lain seperti pepaya, sirup kan itu jadi campuran. Tetapi itu juga tidak menjadi sumber gizi utama," katanya.

Dalam surat edaran Menteri  Kesehatan juga kita sampaikan bahwa susu SKM itu tidak diberikan kepada bayi dan balita,” tegasnya.

Di acara yang sama, Anggota komisi IV DPR RI Luluk Nur  Anggota komisi IV DPR RI Luluk Nur Hamidah mengingatkan bahwa permasalahan Covid-19 bukan hanya masalah kesehatan.

“Orang sakit butuh makan, orang sehat juga butuh makan. Artinya, kebutuhan pangan tidak berkurang, tapi produksi mengalami gangguan,” ujarnya.

Menurut Luluk, kondisi tersebut jelas akan berdampak terhadap kurangnya pasokan bahan pangan untuk keluarga.

Baca: Edukasi Gizi yang Benar Diperlukan untuk Akhiri Polemik Susu Kental Manis

Bila di tingkat keluarga sudah mengalami kelaparan, maka yang pertama akan terdampak adalah anak mengingat anak-anak adalah anggota keluarga yang sangat rentan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas