Makanan Siap Saji Maupun Siap Masak yang Kandungan Gizinya Tinggi Jumlahnya Terbatas dan Mahal
Riset juga menjelaskan bahwa 48,9% ibu hamil di Indonesia menderita anemia, tertinggi di dunia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki jumlah jumlah penduduk sebanyak 267 juta jiwa, Indonesia yang merupakan negara terbesar keempat di dunia dan telah berhasil melakukan pembangunan di berbagai sektor.
Namun, Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, termasuk masalah dalam bidang gizi yang ditunjukkan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Kementerian Kesehatan 2018, 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting.
Riset juga menjelaskan bahwa 48,9% ibu hamil di Indonesia menderita anemia, tertinggi di dunia.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dhian Proboyekti menyatakan, status gizi masyarakat mengalami perbaikan namun masih diatas ambang batas masalah kesehatan sehingga ini tetap jadi tantangan yang perlu mendapat perhatian.
"Penyebab masalah gizi multifaktorial dan penanganannya tentu perlu keikutsertaan semua sektor pada tingkat masyarakat terkait konsumsi makanan sebagai penyebab langsung," kata Dhian di saat pengumuman pemenang I-PLAN Business Innovation Challenge di Jakarta belum lama ini.
Baca: Lenny Nurhayanti Rosalin: Makanan Bergizi untuk Anak Hingga Sanitasi di Lingkungan Tempat Tinggal
Apalagi masih banyak yang belum memahami mengenai pentingnya gizi yang terkandung di dalam makanan.
"Selain itu pilihan makanan siap saji atau siap masak yang mengandung gizi baik masih relatif terbatas didapatkan atau relatif mahal," katanya.
Berbagai kesulitan ini mendorong Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia menyelenggarakan I-PLAN Business Innovation Challenge.
Acara ini dimaksudkan agar muncul inovasi produk makanan olahan dari kekayaan sumber laut Indonesia yang bergizi, lezat, dengan harga terjangkau dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Terpilih finalis utama tersebut adalah Agus Heri Santoso dengan produk Biskuit Ikan Gabus Striata, Imelda Delfina Sibarani dengan produk I-Fit Sereal Ikan, David Giamatri Gunawan dengan produk Uni Urchin, Kikis Rochana Handayani dengan produk Hokky Mie, dan Noer Laily dengan produk Purulla.
Dalam final demo day yang diadakan secara virtual, kelima finalis melakukan presentasi dihadapan dewan juri yaitu Bonnie Susilo – CEO Ultra Indonesia, Donnie Wangke – COO Ladang Lima, Ravi K Menon – Country Director GAIN Indonesia, Trisna Ningsih - Direktur Pengolahan dan Bina Mutu Kementerian Kelautan dan Perikanan – Kementerian kelautan dan Perikanan, dan Dhian Proboyekti – Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan.
"Setelah proses penilaian, akhirnya terpilih I-Fit Sereal Ikan sebagai juara I-PLAN Business Innovation Challenge, dan berhak untuk memperoleh hadiah sebesar Rp 100 juta rupiah,' kataRavi K Menon, Country Director, Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia.
"Ini akan awalan yang baik untuk semakin terciptanya inovasi-inovasi makanan sehat dan bergizi yang dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia,” ucap Ravi K Menon.
Trisna Ningsih, Direktur Pengolahan dan Bina Mutu Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, sebagai negara maritim, Indonesia diberkahi dengan tersedianya berbagai sumber daya yang dapat menjadi bahan dasar produk makanan.
"Kami yakin I-PLAN Business Innovation Challenge akan semakin mendorong inovator makanan untuk menciptakan berbagai macam produk makanan bergizi, khususnya makanan berbahan dasar produk perairan diperlukan diversifikasi produk olahan pangan terutama dari ikan, baik air laut, maupun air tawar.
Hal ini tentu akan memberikan kontribusi positif pada upaya negara untuk meningkatkan status gizi masyarakat serta dapat memperkuat ketersediaan pangan,” katanya.