Fenomena Infodemic, Masyarakat Diajak Perhatikan Asupan Nutrisi Saat Pandemi
Literasi nutrisi menjadi hal penting pada masa pandemi mengingat daya tahan tubuh seseorang dipengaruhi asupan yang dikonsumsi.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Literasi nutrisi menjadi hal penting pada masa pandemi mengingat daya tahan tubuh seseorang dipengaruhi asupan makanan yang dikonsumsi.
Isu tersebut menjadi lebih krusial karena saat pandemi Covid-19 terjadi berbarengan dengan informasi simpang-siur yang beredar dalam jumlah masif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menjuluki fenomena ini “infodemic”.
Soal itu, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Badan Pengawas Obat & Makanan, Reri Indriani mengingatkan masyarakat agar menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi pangan dan gizi seimbang, serta bersikap cerdas untuk mengenali label gizi pada pangan.
“Makanan dan minuman yang beredar di Indonesia harus memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi, serta memiliki izin edar dari Badan POM," katanya dalam keterangan yang diterima, Rabu (25/8/2020).
Terkait infodemic, hingga April 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatatat ada 474 disinformasi (hoax) tentang Covid-19 yang beredar di masyarakat.
Baca: Alih-alih Diet, Kekurangan Asupan Karbohidrat Picu Berat Badan Tak Kunjung Turun
Guna membahas literasi nutrisi dan literasi media di tengah kesimpangsiuran informasi yang terjadi, sebuah webinar bertema “Isu Nutrisi di Tengah Pandemi : Cek Fakta di balik Berita” akan dihelat Jumat (28/8/2020) pukul 09.30-11.00 WIB.
Baca: Ibu Menyusui Perlu Menambahkan Porsi Asupan Kalori Untuk Bantu Tubuh Produksi ASI
Sejumlah narasumber termasuk Reri Indriani dijadwalkan akan menjadi pembicara dalam kesempatan itu.
Selain itu, sejumlah narasumber yang diagendakan memaparkan materi antara lain Dr RR Dhian Probhoyekti, Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehata, Asnil Bambani, Ketua, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Matias Ibo, Sport Physiotherapist & Coach, Adidas Runners Jakarta, dan Dien Anshari, S.Sos., M.Si., Ph.D., Pakar Komunikasi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.