Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Kini Tercatat Ada 3,2 Juta Perokok Anak, Bappenas Prediksi Jumlah Mereka di Tahun 2030

Jumlah perokok remaja di Indonesia diprediksi makin meningkat setiap tahun.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Kini Tercatat Ada 3,2 Juta Perokok Anak, Bappenas Prediksi Jumlah Mereka di Tahun 2030
IMPERIAL COLLEGE
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan belum menyepakati usulan revisi Peraturan Pemerintah 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi kesehatan 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah perokok remaja di Indonesia diprediksi makin meningkat setiap tahun.

Diprediksi tahun 2030, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun di Tanah Air mencapai 16 persen.




"Estimasi Bappenas kalau tidak diintervensi maka perokok pada remaja meningkat menjadi 16 persen tahun 2030," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Cut Putri Ariani, dalam webinar Peran Keluarga Menolak Bujukan Rokok via virtual, Kamis (3/9/2020).

Dari data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa terdapat peningkatan prevalensi merokok penduduk umur 10 Tahun dari 28,8 persen pada tahun 2013 menjadi 29,3 persen pada tahun 2018.

Baca: Pengamat: Indonesia Perlu Lanjutkan Simplifikasi Tarif Cukai Rokok

Saat ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja.

"Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 Tahun yakni sebesar 1,9 persen dari tahun 2013 (7,2 persen) ke tahun 2018 (9,1 persen) berdasarkan data Riskesda," papar Cut Putri.

BERITA TERKAIT

Sementara itu Lisda Sundari dari Yayasan Lentera Anak mengatakan, kini ada sekitar 3,2 juta perokok anak di Indonesia.

Baca: Perusahaan Rokok Elektrik Ini Gunakan Pemindai Wajah Cegah Anak-anak Belanja

"Jika diibaratkan seperti ini diperlukan waktu 24 hari dengan 8.142 pesawat Garuda Boeing 777 untuk mengangkut sekitar 3,2 juta perokok anak. Ini artinya sangat banyak perokok anak kita dan itu akan berdampak pada bonus demografi 2030," kata Lisda dikesempatan yang sama.

Ia memaparkan, anak dan remaja belum memiliki kemampuan menilai risiko kesehatan dan sifat ketagihan akibat komsumsi rokok.

"Kecanduan berawal dari coba-coba kemudian terjerat nikotin dan kecanduan. Kecanduannya sama dengan kecanduan narkoba," ujarnya.

Lisda menyakini, semakin muda anak mulai merokok maka kuat kecanduaanya dan semakin sulit berhenti merokok.

"Dampak nya 5-15 tahun ketika masa produktif, anak dan remaja menderita penyakit dan tidak menjadi produktif," jelas Lisda.

Untuk diketahui bonus demografi 2030 adalah pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh jumlah pendudk usia produktif (16-64) yang lebuh banyak daripada anak-anak dan remaja.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas