Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Segera Memulihkan Sindrom Baby Blues Agar Tidak Menjadi  Postpartum Depression

Misalnya bila awalnya hobi dan senang ketika memasak, tapi ketika memasakpun tetap tidak bisa senang, terus menerus sedih.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Segera Memulihkan Sindrom Baby Blues Agar Tidak Menjadi  Postpartum Depression
Ist
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sindrom  yang dialami ibu pasca melahirkan atau baby blues cukup besar di Indonesia. Ada sekitar 50-70 persen  ibu melahirkan mengalami baby blues (Lina, 2017).

Walaupun baby blues hanya berlangsung 2 minggu saja, namun kondisi ini tidak  dibiarkan begitu saja. Pasalnya baby blues yang lebih dari 2 minggu akan menjadi postpartum depression atau depresi.

Gejalanya akan lebih parah karena bisa mengarah ke halusinasi yang membahayakan kesehatan ibu  serta bayinya.

Dr Riske Eka Putri, M.Ked (OG), Sp.OG mengatakan untuk mencegah baby blues, sejak masa kehamilan harus berpikir positif sepanjang waktu, bekali dengan pengetahuan dan agama, dan terpenting dukungan keluarga.

Baca juga: Soal Kisah Viral Wanita Alami Baby Blues, Psikolog Sebut Dukungan Suami Penting untuk Mengatasinya

Bila punya riwayat baby blues sebelumnya tidak ada salahnya konsultasi ke dokter kebidanan serta psikiater untuk melihat potensi terjadinya baby blues.  

Ia menjelaskan,  baby blues berlangsung singkat, maksimal hanya  berlangsung 2 minggu saja. Bahkan kebanyakan mengalami puncaknya di hari ke 5-7 dan akan semakin menurun di minggu ke 2.  Kalau lebih dari 2 minggu sudah bukan baby blues tapi masuk kategori depresi.

Berita Rekomendasi

Bila   postpartum depression sudah membutuhkan bantuan obat-obatan dan non obat.   Obat dengan diberi antidepresan sementara non obat dengan psikoterapi diantarnaya ada kelas khusus atau kelompok ibu dengan gejala yang sama.

Baca juga: Belum Genap 2 Bulan Melahirkan, Zaskia Mecca Jawab Tudingan Publik hingga Singgung Soal Baby Blues

Gejala baby blues biasanya ringan, terlihat mood swing.  Tiba-tiba menangis tanpa sebab, takut meliat bayinya, marah karena hal sepele. 

Hal ini biasanya karena si ibu merasa belum siap menjadi ibu atau merasa tidak mampu  mejadi ibu.

Namun perasaan ini biasanya akan hilang ketika telah terjadi bonding dengan bayi. Terutama dipercepat ketika ibu memberikan Air Susu Ibu.

Baca juga: Lahirkan Anak Kedua, Tantri Kotak Bertekad untuk Fokus ASI dan Tak Ingin Alami Baby Blues

Bila baby blues dibiarkan lebih dari dua minggu, akan muncul  gejala depresi. Gejala depresi terlihat bila mulai timbul kecemasan berlebihan, tidak mampu membangkitkan kesenangan.

Misalnya bila awalnya hobi dan senang ketika memasak,  tapi ketika memasakpun tetap tidak bisa senang, terus menerus sedih.

“Wanita yang baby blues berlanjut ke postpartum depression sekitar 10-15 persen. Bila depresi terus berlanjut muncul postpartum psychosis. Dia sudah pada tahap delusi dan halusinasi. Hal ini sangat berbahaya buat ibu dan bayinya,” papar dr Riske dalam bincang sehat dengan tema ‘Stres Pada Ibu Setelah Melahirkan di Masa Pandemi Dapat Menimbulkan Baby Blues? Mitos atau Fakta? Yang diadakan secara live streaming oleh RS Columbia Asia, Senin (12/10/2020).

Sebenarnya, terjadinya baby blues yang berlanjut ke depresi bisa diprediksi dengan cara diskrining oleh professional. Salah satunya dengan skala penerapan Edinburgh Post partum. Si ibu akan diberi 10 pertanyaan, semakin besar skornya potensi baby blues bahkan berlanjut ke depresi semakin besar.

Menurut dokter Riske, depresi yang terus berlanjut akan membuat terhambatnya bonding ibu dan anak, gangguan emosi si anak, perkembangan sosial, kognitif melambat, tantrum di masa depan, hiperaktif, bayi tidak bahagia sampai menyebabkan anak mengalami obesitas.

“Semakin lama tidak ditanggulangi dan dicegah, post partum depression akan mengganggu tumbuh kembang anak,” katanya. Sehingga harus dilakukan penanganan dan pencegahan. Salah satu caranya dengan membuat masa kehamilan yang bahagia. “Masa kehamiilan wajib bahagia, kendalikan pikiran selalu positif, jangan berlarut hal negatif serta dukungan dari orang terdekat terutama keluarga,” tuturnya. (LIS)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas