Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Ini Alasan Negara Berkembang Tak Mungkin Dapat Vaksin Pfizer Dalam Waktu Dekat

Banyak vaksin lain yang saat ini sedang dikembangkan menggunakan mekanisme yang sama dengan vaksin Pfizer.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ini Alasan Negara Berkembang Tak Mungkin Dapat Vaksin Pfizer Dalam Waktu Dekat
DW
Perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech mengklaim kandidat vaksin covid 19 yang mereka uji 90 persen efektif bisa melawan virus corona. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dunia baru saja mendengar kabar menggembirakan terkait temuan vaksin virus corona (Covid-19) pada awal pekan ini.

Pada hari Senin lalu, perusahaan farmasi Pfizer dan mitranya BioNTech, menyampaikan bahwa vaksin eksperimental mereka tampaknya bekerja cukup baik.

Analisis awal menunjukkan vaksin itu memiliki efektivitas lebih dari 90 persen dalam mencegah gejala covid-19.

Pejabat kesehatan dunia pun berharap bisa mulai memvaksinasi beberapa warga Amerika dalam beberapa bulan ke depan.

Seperti yang disampaikan dokter sekaligus ahli imun Amerika Serikat yang telah menjabat sebagai Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases sejak 1984 silam, Dr Anthony Fauci.

"Vaksin ini sedang dalam perjalanan, teman-teman," kata Fauci, melalui tautan video yang ditayangkan di luar Brooklyn Borough Hall, Selasa lalu.

Berita Rekomendasi

Namun bagaimana dengan belahan dunia lainnya, terutama warga yang tinggal di negara berkembang maupun miskin, Apakah vaksin itu sedang dikirim juga untuk mereka?.

Dikutip dari laman npr.org, Kamis (12/11/2020), sebagai permulaan, Pfizer hanya dapat memproduksi vaksin dalam jumlah terbatas pada tahun depan, sekitar 1,3 miliar dosis.

AS, Inggris, Kanada, dan Jepang telah mengklaim pembelian melalui perjanjian di muka, yakni sekitar 1,1 miliar dosis, atau lebih dari 80 persen pasokan.

"Yang tersisa itu tidak banyak, untuk kebanyakan orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah, vaksin ini kemungkinan tidak akan tersedia, setidaknya, pada akhir tahun depan," kata Rachel Silverman, di Pusat Pengembangan Global nirlaba di Washington.

Baca juga: Satgas Pertimbangkan Beli Vaksin Pfizer, Tapi Tetap Harus Diuji Dulu

Bahkan jika Pfizer dapat memproduksi lebih banyak dosis, vaksinnya mungkin tidak akan berfungsi di banyak belahan dunia.

"Itu perlu dirawat, disimpan dan dibawa pada suhu yang sangat rendah, saat saya mengatakan sangat rendah, maksud saya itu minus 80 derajat Celcius," jelas Silverman.

Baca juga: Pasangan Ilmuwan di Balik Vaksin Covid-19 Kolaborasi BioNTech dan Pfizer

Itu setara dengan minus 176 derajat Fahrenheit dan jauh lebih dingin dibandingkan freezer biasa, yang beroperasi pada sekitar 0 derajat Fahrenheit.

Vaksin Pfizer memerlukan freezer ultra-dingin khusus yang tidak dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan klinik di AS.

"Di AS, mereka menilai akan sangat sulit bagi vaksin ini untuk diberikan hanya di ruang praktek dokter biasa. Jadi vaksin ini mungkin tidak akan menjadi pilihan yang bagus untuk kebanyakan negara berpenghasilan rendah dan menengah," tegas Silverman.

Kendati demikian, pengumuman dari Pfizer ini memang menawarkan kabar baik bagi negara berkembang.

Banyak vaksin lain yang saat ini sedang dikembangkan menggunakan mekanisme yang sama dengan vaksin Pfizer. Mereka menargetkan protein lonjakan virus SARS-CoV-2.

"Jadi keefektifan vaksin Pfizer adalah pertanda baik bahwa vaksin lain juga akan efektif. Dan mudah-mudahan, beberapa dari vaksin tersebut akan mudah disimpan dan dibawa juga," pungkas Silverman. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas