Ahli Gizi Sebut Pembelajaran Jarak Jauh Dapat Membebani Otak Anak, Mengapa? Ini Penyebabnya
Ahli gizi Dr.Rita Ramayulis DCN, M.Kes menjelaskan sekolah melalui PJJ juga membebani otak anak.
Editor: Anita K Wardhani
![Ahli Gizi Sebut Pembelajaran Jarak Jauh Dapat Membebani Otak Anak, Mengapa? Ini Penyebabnya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/oded-m-danial-tinjau-pembelajaran-jarak-jauh-pjj_20201014_101208.jpg)
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah sembilan bulan, anak-anak melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Ada banyak perubahan yang terjadi selama pandemi ini selain anak melakukan PJJ.
Kini siswa semakin terbiasa. Bahkan ketika tahun depan Pemerintah merencanakan dilakukan pembelajaran tatap muka, tidak sedikit orangtua yang menolak dengan berbagai alasan.
Sebelum pandemi Covid-19, pagi hari adalah waktu yang paling sibuk untuk membangunkan, sarapan, dan membawa bekal ke sekolah.
Baca juga: Kemendikbud: Terlalu Lama PJJ Berdampak Negatif Pada Anak Didik
Baca juga: Nadiem Makarim: Saya Juga Korban PJJ
Saat ini kesibukan orangtua berbeda. Tidak tertumpu pada pagi hari saja. Bahkan bisa sepanjang hari.
Sementara anak-anak, dengan PJJ juga tidak diburu-buru untuk mempersiapkan sekolah karena tidak mandipun anak-anak bisa PJJ.
Kendati demikian, kesibukan orangtua juga tidak berkurang walaupun anak-anak bisa PJJ di rumah.
Sementara bagi anak-anak, tantangan sekolah melalui PJJ juga tidak mudah.
"Tidak mudah bagi saya untuk membagi waktu antara melakukan work from home sekaligus menemani tiga anak belajar dari rumah. Kegiatan pembelajaran jarak jauh selama pandemi cukup menyita energi dan konsentrasi anak-anak, sehingga saya merasa perlu untuk mempersiapkan asupan zat gizi yang seimbang terutama saat sarapan untuk mengawali hari dengan semangat,” ujar Donna Agnesia
Ahli gizi Dr.Rita Ramayulis DCN, M.Kes menjelaskan sekolah melalui PJJ juga membebani otak anak.
Ia menjelaskan, ruang kelas virtual lebih membebani otak anak. Berikut alasannya:
1. Anak harus lebih fokus untuk bisa menangkap pesan (dari suara) yang disampaikan oleh guru dan temannya.
2. Anak membutuhkan tenaga lebih besar untuk bisa memahami bahasa non verbal guru dan temannya.
3. Anak selalu merasa diawasi oleh guru dan semua temannya dari kamera dengan posisi on.
4. Anak tidak dapat membedakan waktu sekolah dan bermain karena dilakukan pada satu tempat.
(*/Lis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.