Gejala Baru Covid-19 yang Banyak Menyerang Lansia, Wapadai Delirium
Dalam beberapa kasus, delirium bisa menjadi satu-satunya gejala pada pasien yang dites positif terkena virus corona.
Editor: Archieva Prisyta
TRIBUNNEWS.COM – Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy menemukan bahwa bersamaan dengan hilangnya indra perasa dan penciuman serta sakit kepala yang terjadi pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami delirium.
Mengutip BBC, dalam sebuah studi yang dilakukan King’s College London menemukan bahwa lansia yang dirawat di rumah sakit yang diklasifikasikan sebagai lemah lebih mungkin mengalami delirium sebagai salah satu gejala mereka, dibandingkan dengan orang pada usia yang sama yang tidak lemah.
Studi tersebut mengumpulkan data dari lebih dari 800 orang yang berusia di ats 65 tahun.
Mereka melibatkan 322 pasien di rumah sakit dengan Covid-19, dan 535 orang yang menggunakan aplikasi Covid Symptom Study untuk mencatat gejala mereka atau mencatat laporan kesehatan atas nama teman dan keluarga.
Baca: Waspada Covid-19, Kim Jong Un Perintahkan Tentara Tembak Siapa Pun yang Dekati Perbatasan China
Frailty digunakan oleh dokter untuk menggambarkan orang lanjut usia yang merasa sulit untuk pulih dari penyakit sehari-hari, ketegangan dan kecelakaan. Mereka juga lebih mungkin jatuh dan berakhir di rumah sakit saat sakit.
Untuk satu dari lima pasien di rumah sakit dengan Covid, delirium adalah satu-satunya gejala mereka.
Melansir Stat News, dalam beberapa kasus, delirium bisa menjadi satu-satunya gejala pada pasien yang dites positif terkena virus corona.
Lantas, apa itu delirium?
Dilansir oleh Kompas.com, Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Rubiana Nurhayati, Sp.S. mengatakan delirium adalah keadaan di mana kesadaran seseorang menjadi terganggu.
"Keadaan ini disebabkan karena hypoxia atau kekurangan oksigen di otak. Kondisi ini sering terjadi pada pasien Covid-19, di mana saturasi oksigen menurun," kata dr Rubi kepada Kompas.com, Kamis (10/12/2020).