Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

WHO : Obesitas di Indonesia Berlipat Ganda Dua Dekade Terakhir

WHO dan UNICEF melaporkan jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih di Indonesia telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in WHO : Obesitas di Indonesia Berlipat Ganda Dua Dekade Terakhir
Istimewa
Ilustrasi obesitas 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hari Obesitas sedunia diperingati setiapl 4 Maret.

WHO dan UNICEF melaporkan jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih di Indonesia telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Organisasi tingkat global itu menyerukan perlu ada upaya segera untuk meningkatkan undang-undang, kebijakan dan peraturan untuk mengekang ketersediaan makanan dan minuman yang tidak sehat.

Baca juga: Dua Penyebab Utama Diabetes : Obesitas dan Kurang Aktivitas Fisik

Baca juga: Terjadi Kenaikan Kasus Covid-19 di Dunia, WHO: Terlalu Dini Hanya Andalkan Vaksin   

Obesitas anak1
Obesitas anak1 (NET)

Obesitas pada anak juga meningkat, dimana satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, menurut Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018.

Anak dan remaja yang mengalami obesitas cenderung menderita penyakit tidak menular seperti diabetes dan berbagai penyakit kardiovaskular, juga mengalami depresi karena stigma.

Mereka lebih mungkin absen dari sekolah, mengalami penurunan prestasi belajar dan lebih mungkin tidak menyelesaikan pendidikan tinggi. Anak yang mengalami obesitas juga berisiko menjadi orang dewasa yang obese.

Baca juga: Jangan Sampai Obesitas! Ikuti Cara Ini Agar Kenaikan Berat Badan Saat Hamil Tetap di Garis Aman

Baca juga: 5 Hal yang Disorot dari Diet Tya Ariestya, Salah Satunya Sayur Dianggap Hambat Penurunan Berat Badan

Berita Rekomendasi

“Gizi yang baik bukan hanya tentang memiliki cukup makanan untuk dimakan tetapi juga mendapatkan
makanan yang tepat untuk dimakan,” kata Perwakilan UNICEF Debora Comini dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (4/3/2021).

Debora melanjutkan, banyak anak-anak dan remaja di Indonesia memiliki sedikit pilihan untuk makanan sehat dan bergizi, lantaran orang tua yang tidak memiliki pengetahuan memadai untuk mengambil keputusan terbaik terkait pilihan makanan keluarga mereka.

"Tingkat obesitas di Indonesia meningkat pesat baik di rumah tangga kaya maupun miskin karena mereka beralih dari pola makan tradisional ke produk olahan yang seringkali lebih tinggi lemak dan gula, dan lebih murah daripada makanan sehat," ungkapnya.

Orang yang tinggal di daerah perkotaan lebih cenderung kelebihan berat badan karena akses ke
makanan olahan lebih mudah. Kehidupan kota juga dikaitkan dengan gaya hidup yang lebih banyak duduk, terutama di kalangan perempuan dan anak perempuan, karena infrastruktur yang tidak
memadai seperti trotoar sempit dan kurangnya taman, yang membatasi kesempatan untuk berolahraga.

“Data ini adalah pengingat yang kuat bahwa obesitas adalah krisis kesehatan masyarakat global saat ini,” kata Perwakilan WHO Dr N. Paranietharan.


WHO mendorong negara-negara untuk mengatasi faktor- faktor yang berkontribusi terhadap obesitas dengan memberlakukan disinsentif pada konsumsi yang tidak sehat, mempromosikan ketersediaan makanan sehat dan partisipasi yang lebih besar dalam gaya hidup aktif.

Akses murah dan mudah ke makanan tidak sehat, bersama dengan praktik pemasaran dan pengemasan yang eksploitatif, secara langsung terkait dengan pertumbuhan kelebihan berat badan dan obesitas.

Di kalangan orang dewasa dan anak-anak, asupan makanan olahan sangat terkait dengan kelebihan berat badan, dengan konsumsi soda terutama terkait dengan obesitas di kalangan pria dewasa.

Mie instan dan minuman manis juga menyebabkan peningkatan kadar protein C-reaktif - penanda risiko kardiovaskular, menurut penelitian yang menggunakan data perwakilan nasional.

Untuk mengatasi epidemi obesitas yang terus meningkat, UNICEF dan WHO menyerukan peningkatan undang-undang dan kebijakan yang mengekang akses ke makanan dan minuman yang tidak sehat, seperti pajak atas minuman manis, dan berbagai tindakan pelengkap seperti pelabelan kemasan yang dapat membantu konsumen mengidentifikasi produk yang tidak sehat dan membuat pilihan nutrisi yang lebih baik.

Industri makanan dan minuman juga harus berkomitmen untuk menghasilkan pilihan
makanan yang lebih sehat dan terjangkau.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas