Cegah Kanker Serviks Lewat Vaksinasi HPV
Vaksinasi ini tidak hanya penting dilakukan terhadap tiap perempuan dan laki-laki saja, namun juga pasangan yang hendak menikah.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi kesehatan reproduksi merupakan faktor penting memastikan pasangan yang hendak menikah, bisa terlindungi dari ancaman penyakit. Khususnya kanker serviks.
Oleh karena itu, sebaiknya bagi pasangan yang hendak membina rumah tangga untuk melakukan vaksinasi HPV.
Vaksin HPV merupakan vaksin yang memiliki fungsi untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV).
Banyak pasangan yang terkadang tidak menyadari potensi bahaya yang bisa dialami alat reproduksi mereka.
Berdasarkan data Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat (AS), 8 dari 10 orang berpotensi terinfeksi HPV dalam hidupnya.
Baca juga: Terlalu Lama Hirup Polusi Dapat Sebabkan Kanker, Begini Cara Menghindarinya
Melihat data tersebut, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Diana Mauria Ratna Asih, Sp. OG pun menyarankan agar vaksinasi HPV ini dilakukan sejak dini sebagai langkah pencegahan pertama terhadap kanker serviks.
"Vaksinasi HPV direkomendasikan sebagai upaya pencegahan primer," ujar dr Diana, dalam webinar bertajuk '#VaksinasiHPVSebelumMenikah: Protected Together', Rabu (10/3/2021).
Vaksinasi ini, kata dia, tidak hanya penting dilakukan terhadap tiap perempuan dan laki-laki saja, namun juga pasangan yang hendak menikah.
Baca juga: Hindari Makanan Berpengawet, Turunkan Risiko Kanker
Hal itu karena infeksi HPV ini juga berpotensi berdampak pada kesehatan janin yang nantinya dikandung sang istri.
"Vaksin HPV dapat diberikan kepada wanita dan pria, serta para pasangan yang memiliki rencana untuk membangun keluarga yang sehat karena infeksi HPV juga berisiko untuk kesehatan janin," tegas dr Diana.
Selain berbahaya bagi janin, infeksi HPV ini juga dapat menimbulkan kanker serviks bagi kaum perempuan.
Bahkan penyakit ini menjadi salah satu 'silent killer' karena kemunculannya tidak menunjukkan gejala apapun bagi penderitanya.
Proses perkembangannya yang cukup lama, tentunya membuat banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka berpotensi menderita penyakit ini.