Kisah Sukses RS Lapangan Tangani Varian Baru Covid-19, Jangan Remehkan Gejala Kecil (2-Habis)
Virus covid-19 varian baru sangat cepat menular. Namun tak perlu panik. Perbanyak olah raga, makan dan istirahat. Itu kiat dari RS Lapangan, Surabaya
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II Indrapura (RSLKI), Surabaya, Laksamana Pertama TNI dr IDG Nalendra Djaya Iswara SpB SpBTKV mengimbau masyarakat tak perlu ketakutan dan panik terdahap munculnya varian baru Covid-19. Namun harus tetap waspada.
Sedangkan bagi orang yang terindikasi terpapar varian baru Covid-19 harus mendapat penangan sedini mungkin. Jangan sampai meremehkan gejala kecil yang muncul.
"Jangan remehkan gejala kecil. Ini kuncinya. Jika ditangani dini kesembuhan mencapai 98 persen," kata dr Nalendra di RSLKI, Kamis (20/5).
Selengkapnya simak lanjutan wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemred Harian Surya Febby Mahendra Putra dengan dr Nalendra.
Apa pelajaran dari munculnya covid varian baru ini?
Semua harus meningkatkan kewaspadaan. Tak bisa meremehkan hal sepele. Kita harus lebih aware dan memberikan perhatian lebih kepada orang yang bepergian ke luar negeri. Jangan sampai kita kecolongan, sehingga mereka pulang membawa virus mutan.
Meski begitu tidak perlu ketakutan dan panik. Sedini mungkin harus mendapatkan penanganan. Jangan remehkan gejala kecil. Ini kuncinya. Jika ditangani dini kesembuhan mencapai 98 persen.
Bukankah sudah ada vaksinasi?
Saya sampaikan bahwa vaksinasi belum bisa menyelesaikan semua persoalan. Namun langkah ini diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Di India misalnya, warga merasa aman karena sudah vaksin. Lalu mereka euforia. Virus menyesuaikan lagi.
Saatnya kita hidup berdampingan dengan virus. Bersahabat. Tingkatkan imunitas. Caranya, olahraga teratur, makan yang sehat, jangan mengabaikan hal kecil, dan sedini mungkin mendapatkan penanganan.
RSLKI juga yang memberikan layanan plus. Selain penanganan medis apakah ada penanganan psikis juga untuk pasien covid?
Ingat kecemasan bisa menurunkan daya tahan tubuh. Metabolisme tubuh berpengaruh. Biasanya cemas hingga tidak bisa tidur sehingga istirahat terganggu. Makanya kami di RSLKI menangani pasien dengan holistik. Medis maupun nonmedis diberikan utuh. Pasien yang sembuh memberi support pada pasien lain. Kami ada relawan yang memperhatikan psikis pasien karena belum tentu masyarakat di kampungnya menerima. Termasuk lingkungan kerja.
Bagaimana model penanganan pasien yang dilakukan RSLKI?
Pandemi covid memang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Pasien harus isolasi, padahal harus mencari nafkah untuk keluarga. Kami ada tim psikiater dan relawan. Ada bahkan relawan yang mencarikan dana untuk mencukupi keluarganya. Pokoknya holistik be happy.
Penanganan medis dan nonmedis kita tangani. Hasilnya outcome 98 persen penyembuhannyaMakanya kami menyediakan ventilator dan sentral oksigen. Ternyata ini diperlukan saat semua RS penuh. Pasien yang tidak diterima di RS kami tangani dan sembuh. Dengan kapasitas 400 bed, kami juga didukung para dokter spesialis dan dokter umum. Di manajemen, kami ada TNI Polri dan BPBD.
Setelah setahun lebih berjalan, bagaimana suka duka melayani RSLKI khusus covid?
Saya masih ingat pada Juni 2020 saya dihubungi Menkopolhukam. Kebetulan dia teman satu SMP. Saya kan orang Surabaya, ditanya kondisi dan situasi covid di Jatim. Kami pun bersama Pak Doni Monardo (Kepala BNPB) satu pesawat ke Surabaya.
Tingkat kematian di Jatim harus direm. Kami semua bergerak membangun sistem. Membuat call center dan memastikan ketersediaan ICU. Semua daerah menyambut dan langsung bertambah 132 RS rujukan covid di Jatim. Saya akhirnya diminta di RSLKI. Saya adalah Staf Ahli Kasal waktu itu.
Bapak kan alumnus Kedokteran Unair, bisa disampaikan hingga bisa jadi perwira tinggi tentara? Anak anak tidak ingin jadi tentara?
Saya Lahir di Surabaya pada 16 Agustus 1963. Sempat SD di Bali sebentar kembali ke Surabaya hingga SMP di Surabaya. SMA di Surabaya dan masuk Kedokteran Unair 1982. Pada 1988 saya masuk TNI AL dari kedokteran. Penempatan pertama jadi dokter di pasukan antiteror. Setiap bencana alam, saya dikirim.
Yang paling terkenang saat di Ambon. Menangani bedah dengan peralatan seadanya dan berhasil. Kemudian saya diminta memimpin RS TNI AL di Tanjungpinang. Berikutnya RSAL Mintoharjo Jakarta, dan empat tahun memimpin RSAL dr Ramelan Surabaya. Kemudian diangkat jadi Kadinkes AL dan terakhir menjadi Staf Ahli Kasal Bidang Ekojemen.
Dua anak saya, cowok enggak jadi tentara. Anak kedua cewek Kedokteran Unair. (faiq nuraini)
Baca juga: RS Lapangan Surabaya Sukses Tangani Varian Baru Covid-19, Kerahkan Semua Dokter (1)