Campak dan Rubella Berbahaya, Simak Cara Pencegahannya Agar Tak Berakibat Fatal
Campak dan rubella, keduanya sering memunculkan gejala yang nyaris sama. Kenali dan cegah sedini mungkin.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Campak dan rubella, keduanya sering memunculkan gejala yang nyaris sama.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini, ditandai dengan ruam merah pada kulit.
Namun, meski sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak.
Selain disebabkan oleh virus yang berbeda, efek campak umumnya lebih parah dibandingkan rubella.
Baca juga: TRIBUNNEWSWIKI - Mengenal Gejala dan Pengobatan Penyakit Rubella
Baca juga: Cara Alami Sembuhkan Campak pada Anak, Catat 5 Obat Tradisional Ala Dapur Ini
Hanya saja, menurut Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI Prof DR. Dr Soedjatmiko, Sp. A (K), M.Si keduanya sama-sama memiliki dampak yang tidak baik.
Campak, menurut pemaparan dari Soedjatmiko paling berbahaya bisa menyebabkan diare, radang paru hingga radang otak.
Jika sudah mengenai otak, bukan tidak mungkin menyebabkan cacat seumur hidup.
"Kalau sembuh pun kekebalan menurun beberapa bulan bisa diserang penyakit lain bertubi-tubi," ungkapnya pada siaran Radio Kesehatan, Jumat (18/6/2021).
Begitu pula dengan penyakit Rubella. Bagi si anak, mungkin penyakit ini tidak menimbulkan dampak yang serius.
Tapi juga virus itu menular pada ibu hamil, maka kesehatan janin dapat terancam.
Pada janin yang masih awal, saat terkena virus ini dapat menyebabkan keguguran. Sedangkan jika tertular pada trimester awal, anak bisa mengalami cacat.
"Bisa buta, tuli, kelainan jantung, otak kecil, jadi janin kemasukkan virus rubella bisa cacat dan beban seumur hidup. Penanganan seuumur hidup. Tentu tidak dicover BPJS," katanya lagi.
Karenanya, ia menyarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan imunisasi pada anak sebagai langkah pencegahan awal.
Terutama di tengah pandemi Covid-19, jangan lupa untuk melengkapi imunisasi anak sekolah dan remaja.
Jika di sekolah imunisasi sempat terhenti, Soedjatmiko meminta orangtua pergi ke puskesmas untuk meminta vaksin.