Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Deteksi Anak Stres Karena Pandemi Melalui Perilakunya

Pada November 2020, WHO merilis ada lonjakan 95 persen kasus anak stress, dibandingkan sebelum pandemi.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Deteksi Anak Stres Karena Pandemi Melalui Perilakunya
Tribunnews.com/Rina Ayu
sikolog Anak Samantha Elsener, M.Psi dalam webinar Good Doctor Healthy Kids Healthy Family, baru-baru ini. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 bisa memengaruhi mental anak.

Pada November 2020, WHO merilis ada lonjakan 95 persen kasus anak stres  dibandingkan sebelum pandemi.

Apalagi sekarang setelah 1,5 tahun pandemi, bisa dibayangkan bagaimana tingkat stresnya.

Berbeda dengan orang dewasa, stres pada anak tidak mudah dipahami sehingga peran para orang tua harus jeli mendeteksi keadaan anak yang stres.

"Kita benar-benar harus bisa melihat dari perilakunya, apa yang berubah dari anak," ujar Psikolog Anak Samantha Elsener, M.Psi, dalam webinar Good Doctor Healthy Kids Healthy Family, baru-baru ini.

Baca juga: Cara Mengembalikan Indra Penciuman karena Covid-19 Bisa Lakukan di Rumah

Salah satu tanda yang umum terjadi adalah saat anak mulai menunjukan emosi yang naik turun, tidur rewel, picky eater atau susah makan, bahkan enggan menjalani kegiatan sekolahnya di rumah.

Berita Rekomendasi

"Anak mulai cranky, susah tidur, susah makan. Orang tua harus jeli melihat kebutuhan anak. Apakah dia cranky karena stress, atau karena terlalu banyak informasi yang harus diproses otaknya," kata Samantha.

Gejala lain anak sedang stres adalah adanya perubahan perilaku yang tidak biasa.

Misalnya, kembali mengompol padahal telah lulus toilet training.

Atau ketika mengalami kecemasan berat, maka mereka akan tidur sambil berjalan.

Serta sering membanting-banting barang yang sebelumnya tidak pernah dilakukan anak.

"Ini indikasi ada kecemasan yang dirasakan oleh anak dan mengganggu dirinya," imbuhnya.

Ia menuturkan, pemicu stres pada anak adalah ruang kegiatan dan sosialisasi mereka dibatasi selama pandemi ini.

Tidak bisa pergi sekolah bertemu guru dan teman-teman, atau bermain bebas di luar rumah.

Hal ini cukup berdampak pada kesehatan mental anak.

"Anak-anak mulai bosan dan jenuh berada di rumah cukup lama. Sementara para orang tua yang selama ini membimbing anak-anaknya juga sudah mengalami titik jenuh. Orangtua perlu menemukan cara-cara agar bisa mengelola rasa stres dan emosinya agar pendidikan dan perkembangan anak tetap optimal,” jelasnya.

Untuk mengurangi stres, Samantha menyarankan orangtua melakukan berbagai kegiatan yang fun selama di rumah seperti bermain board games, atau mengajak anak membantu pekerjaan rumah.

Jika orangtua merasa tekanan yang dialami selama pandemi terlalu besar, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada ahlinya, bisa melalui layanan telemedicine.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas