Pfizer: Efek Samping Vaksin Booster Mirip dengan Dosis Kedua
Booster vaksin Pfizer bahkan cenderung lebih berpengaruh terhadap orang yang lebih
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Raksasa farmasi asal Amerika Serikat (AS), Pfizer mengatakan bahwa efek samping dari dosis penguat (booster) vaksin virus corona (Covid-19) mirip dengan yang dirasakan setelah penerimaan dosis kedua.
Booster vaksin Pfizer bahkan cenderung lebih berpengaruh terhadap orang yang lebih muda.
Pernyataan ini disampaikan perusahaan itu dalam data baru yang diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, saat meminta persetujuan untuk mendistribusikan dosis booster ke seluruh AS.
Dikutip dari CNBC, Kamis (16/9/2021), studi fase ketiga Pfizer tentang dosis booster yang melibatkan sekitar 300 peserta berusia 18 hingga 55 tahun, menemukan bahwa 63,7 persen mengalami kelelahan setelah mendapatkan dosis booster, 48,4 persen mengalami sakit kepala, dan 39,1 persen merasakan nyeri otot.
Baca juga: Sudah Tahap ke-62, 274 Ribu Dosis Vaksin Pfizer Tiba di Indonesia
"Dalam level keparahan, sebagian besar reaksi terhadap booster itu ringan atau sedang," kata Pfizer, dalam laporan setebal 52 halaman yang dirilis oleh agensi tersebut pada hari Rabu waktu setempat.
Baca juga: Uni Eropa Janjikan 200 Jutaan Dosis Vaksin untuk Afrika
Perusahaan ini bersama dengan BioNTech, sedang meminta persetujuan darurat FDA untuk memberikan dosis ketiga vaksinnya kepada kelompok usia 16 tahun ke atas di seluruh wilayah negara itu.
Baca juga: Vaksin Merah Putih Ditargetkan Bisa Disuntikkan pada Juli 2022
Pfizer sebelumnya mengevaluasi efek samping pada 2.682 penerima dosis kedua yang berusia 16 hingga 55 tahun dan menemukan bahwa 61,5 persen mengalami kelelahan, 54 persen menderita sakit kepala, dan 39,3 persen mengalami nyeri otot.
Studi ini juga melacak efek samping yang terjadi pada 306 penerima booster, 44 diantaranya mengembangkan setidaknya satu efek samping yang tidak terduga.
Efek samping yang paling umum dirasakan adalah pembengkakan kelenjar getah bening yang muncul pada 16 peserta.
"Tidak ada laporan kasus anafilaksis, hipersensitivitas, Bell's palsy, radang usus buntu, miokarditis atau perikarditis diantara peserta fase ketiga," jelas Pfizer.
Pfizer menyatakan, mereka tidak menemukan reaksi obat baru yang merugikan terkait vaksin booster.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa 29,1 persen penerima booster mengalami reaksi kedinginan, sementara 25,3 persen merasakan nyeri sendi.
Sedangkan laporan demam turun setengah antara dosis kedua dan booster, 16,4 persen peserta dalam studi dosis kedua melaporkan gejala demam, dibandingkan dengan 8,7 persen dari mereka yang menjadi peserta ddalam studi booster.
Presiden AS Joe Biden akan mulai mendistribusikan dosis booster pada 20 September mendatang. Namun FDA pada hari Rabu waktu setempat menolak mengambil sikap untuk mendukung booster Pfizer.
"FDA belum secara independen memverifikasi data dan kesimpulan dari studi tentang efektivitas booster Pfizer," kata FDA.